This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 25 September 2016

Manfaat Meditasi

v  Manfaat Meditasi
Meditasi memiliki berbagai manfaat, berikut ini sya kutip langsung, ringkasaan manfaat meditasi yang dikemukakan oleh Mahathera:
1.      Apabila saudara seorang yang sibuk, meditasi dapat membantu saudara untuk mengatasi stress dan menemukan relaksasi.
2.      Apabila saudara seorang yang sering khawatir, meditasi dapat menenangkan saudara dan membantu saudara menemukan kedamaian batin.
3.      Apabila saudara adalah seorang yang diliputi problema tak berkesudahan, meditasi dapat membantu saudara untuk mengembangkan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi dan mengatasi problema tersebut.
4.      Apabila saudara kurang percaya diri, meditasi dapat membantu saudara untuk memiliki percaya diri yang merupakan kunci kesuksesan.
5.      Apabila saudara memiliki ketakutan dalam batin, meditasi dapat membantu saudara untuk mengerti hakekat sesungguhnya dari problema yang menakutkan saudara, kemudian saudara dapat mengatasi ketakutan dalam batin saudara tersebut.
6.      Apabila saudara selalu tidak puas terhadap segala sesuatu dan tak satupun dalam kehidupan ini yang nampak memuaskan, meditasi dapat memberikan peluang kepada saudara untuk mengembangkan dan memelihara kepuasan batin.
7.      Apabila saudara diliputi keraguan skeptis dan tidak tertarik dengan cara hidup religius, meditasi dapat membantu saudara dalam mengatasi keraguan dan membantu saudara dalam melihat nilai bermanfaat dalam bimbingan religius.
8.      Apabila saudara frustrasi dan patah hati karena kurangnya pengertian akan ketidakpastian hidup dan dunia, meditasi sesungguhnya dapat membimbing dan membantu saudara untuk mengerti sifat ketidakkekalan kondisi-kondisi duniawi.
9.      Apabila saudara seorang kaya, meditasi dapat membantu saudara untuk merealisasi sifat alamiah kekayaan saudara dan bagaimana menggunakan kekayaan tersebut bukan hanya untuk kebahagiaan saudara, tetapi juga untuk kebahagiaan mahluk lainnya.
10.  Apabila saudara seorang yang miskin materi, meditasi dapat membantu saudara untuk mengembangkan kepuasan dan tidak beriri hati terhadap mereka yang lebih kaya dibandingkan saudara.
11.  Apabila saudara seorang muda yang berada di persimpangan jalan kehidupan, dan saudara tidak mengetahui jalan mana yang akan diambil, meditasi dapat membantu saudara ke arah jalan yang benar untuk mencapai tujuan yang saudara pilih.
12.  Apabila saudara seorang yang sudah berumur yang sudah makan asam garam kehidupan, meditasi dapat membawa saudara kepada pengertian yang lebih dalam tentang kehidudupan; pengertian ini selanjutnya akan mengobati derita dan meningkatkan kebahagiaan hidup.
13.  Apabila saudara seorang yang bertemperamen panas, dengan bermeditasi saudara dapat mengembangkan kekuatan untuk mengatasi kelemahan dari amarah, kebencian dan dendam sehingga menjadi lebih tenang dan menjadi orang yang sabar.
14.  Apabila saudara pencemburu, meditasi dapat membantu saudara agar dapat mengerti bahwa kecenderungan batin yang negatif tidak akan pernah menyumbangkan manfaat apapun bagi saudara.
15.  Apabila saudara tidak dapat mengurangi keterikatan akan nafsu indera, dengan meditasi saudara dapat belajar bagaimana menjadi pakar pengendali nafsu indera.
16.  Apabila saudara terikat pada minuman memabukkan, dengan bermeditasi saudara dapat mengatasi kebiasaan buruk yang menjerumuskan saudara.
17.  Apabila saudara adalah seorang yang berpikiran sempit/picik, meditasi dapat membantu saudara untuk mengembangkan pengertian bahwa akan sangat bermanfaat bagi saudara dan teman saudara dan keluarga apabila menghilangkan salah pengertian.
18.  Apabila saudara sangat kuat dipengaruhi emosi, dengan bermeditasi emosi saudara tidak akan memiliki kesempatan untuk menjerumuskan saudara.
19.  Apabila saudara menderita karena penyakit tertentu seperti kehancuran batin, meditasi dapat mengaktifkan kekuatan positif dalam batin dan jasmani saudara untuk memulihkan kesehatan, khususnya apabila bagi yang mengalami masalah psikosomatis.
20.  Apabila saudara seorang yang berpikiran lemah atau rendah diri/minder, meditasi dapat menguatkan pikiran saudara untuk mengembangkan usaha dalam mengatasi kelemahan saudara.

21.  Apabila saudara seorang yang bijaksana, meditasi akan membimbing saudara kepada kebijaksanaan agung. Kemudian saudara akan memandang segala sesuatu sebagaimana hakekat yang sesungguhnya, dan tidak sebagaimana ‘nampaknya.’

Jumat, 03 Juni 2016

Transformasi Nilai Sastra Habiburrahman di STAI Al Anwar Sarang



Transformasi Nilai Sastra Habiburrahman di STAI Al Anwar Sarang

Sarang - Agenda tahunan STAI Al Anwar yang selalu mengadakan acara-acara besar, Kamis 2 Juni 2016, kembali mengadakan acara yang dahsyat. Acara yang dihadiri oleh banyak peserta kali ini dalam rangka “Sinau Sastra bareng Kang Abik” dalam acara Pekan Pustaka yang dipanitiai oleh pengurus Perpustakaan dan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Garda Pena STAI Al Anwar. Acara dengan tema “Transformasi Nilai-Nilai Agama Dalam Dunia Sastra”, dengan narasumber KH. Habiburrahman El Shirazy, novelis nomor satu di Indonesia dengan karya monumentalnya “Ayat-Ayat Cinta” sebuah novel Pembangun Jiwa.
Acara ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa STAI Al Anwar lebih semangat lagi dalam membaca dan berkunjung ke perpustakaan. Oleh karena itu, seminggu sebelum hari H nya, panitia mengadakan lomba menulis untuk mahasiswa, seperti membuat review, resume, sinopsis, dan lainnya. Lomba tersebut disyaratkan harus merupakan buku koleksi dari perpustakaan kampus.
“Acara ini kami buat untuk menambah minat baca para mahasiswa dan minat untuk berkunjung keperpustakaan. Oleh karena itu untuk menambah semangat mereka, seminggu sebelum hari H kami juga mengadakan lomba yang berkaitan dengan tujuan kami, seperti lomba review, resume, sinopsis, dan lainnya, dengan syarat buku yang digunakan untuk lomba adalah koleksi dari perpustakaan kampus.” Ujar Umi Hashunah S.IP selaku kepala perpustakaan STAI AL ANWAR.
Selain itu, menurut Dr. KH. Abdul Ghofur Maimun selaku rektor STAI Al Anwar mengatakan bahwa saat ini minat membaca buku di negara Indonesia masih sangat lemah.
Tujuan dilaksanakannya acara pekan pustaka ini adalah untuk meningkatkan minat dan kualitas membaca para mahasiswa. Hal ini dikarenakan minat membaca buku di negara Indonesia masih sangat lemah.” Ungkap Gus Ghofur, sapaan akrab rektor STAI Al Anwar itu.
Acara ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa STAI AL ANWAR, tetapi juga banyak perwakilan dari siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), siswa Madrasah Aliyah (MA) di kabupaten Rembang dan pesantren terdekat,  ditambah lagi mahasiswa-mahasiswa dari Blora yang ikut berpartisipasi dalam acara ini, sehingga acara ini terlihat semakin megah dan sangat ramai.
“Dalam acara tersebut, kami mengundang semua sekolah tingkat SMA/MA sekabupaten Rembang dan pondok-pondok terdekat. Meskipun dari undangan tersebut tidak semuanya hadir, tetapi perwakilannya sudah bisa ikut meramaikan acara tersebut. Bahkan  mahasiswa-mahasiswa dari Blora juga ikut berpartisipasi dalam acara ini.” Ujar Dadan Kumbara, salah satu panitia dalam acara tersebut.
Sebelum acara seminar sastra tersebut dilakukan, terlebih dahulu pendiri yayasan Pondok Pesantren Al Anwar, KH. Maimoen Zubair atau yang sering dipanggil dengan sebutan mbah Moen, memberikan mauidzah untuk memotivasi santri, selain itu juga memberikan filosofi unik dan lucu terkait ajaran Islam, misal tentang 234 (Jie Sam Soe) yang merupakan bentuk dari rakaat shalat dalam ajaran Islam.
“Orang Islam tidak dikatakan Islam kalau dia tidak tahu 234 (Jie Sam Soe). 234 (Jie Sam Soe) adalah ajaran paling penting dalam Islam, karena dalam melaksanakan shalat lima waktu, rakaat kita kalau tidak Jie (2), Sam (3), ya Soe (4).” Tutur Mbah Moen.
KH. Habiburrahman El Shirazy atau yang akrab disapa dengan sebutan kang Abik, menuturkan bahwa ia sangat senang bisa berkunjung ke STAI Anwar yang berada dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Al Anwar.
“Saya sudah mengetahui nama pondok ini sejak saya masih kecil. Ketika saya belajar agama di salah satu pesantren, saya banyak mendengar informasi tentang pondok ini, bahkan ketika saya belajar di Mesir, saya juga sering mendengar kabar tentang pondok ini. Saya mempunyai impian untuk bisa datang ke pondok tersebut, dan saya senang karena hari ini impian saya terwujudkan.” Tutur Kang Abik, disela-sela penyampaian materinya.
Terkait dengan sastra, menurut M. Najib Bukhari, selaku narasumber pembuka acara seminar tersebut, sastra merupakan sebuah alat hegemoni. Dalam hal ini bapak Najib Bukhari biasa menggunakan sastra sebagai alat untuk meneliti beberapa film atau novel yang didalamnya mengandung banyak nilai sastra yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu.
“Sastra itu merupakan alat, yaitu alat hegemoni. Sastra sesungguhnya tidak berkembang dengan bebas nilai. Akan tetapi, sastra ini mempunyai tujuan dan pesan yang dibawa. Saya biasa menggunakan sastra sebagai alat untuk meneliti beberapa film atau novel yang didalamnya mengandung banyak nilai sastra yang mempunyai tujuan. Baik itu bertujuan untuk mendidik ataupun menjajah. Sastra tidak hanya bertujuan sebagai hiburan, akan tetapi mempunyai misi tertentu yaitu dakwah.” Tutur Bapak Najib Bukhari.
Dalam acara tersebut, kang Abik menjelaskan bahwa sudah seharusnya para santri itu berkarya. Karena sudah lama nilai-nilai Islam dijajah oleh bangsa Barat melalui karya-karya mereka.
“Sudah seharusnya para santri itu berkarya. Sudah lama nilai-nilai Islam dijajah oleh bangsa Barat melalui karya-karya yang mereka buat. Di dalam film maupun novelnya, tanpa disadari ketika kita membacanya, kita akan menjadi pemujanya dan melupakan identitas asli kita. Ulama Mesir, Syekh Muhammad Ghozali mengatakan khudzifatil fikroh man qobla anta’khudzal fikr (Ambillah inisiatif untuk menciptakan ide sebelum engkau dipaksa untuk mengkonsumsi ide dari orang lain).” Jelas kang Abik, saat memotivasi santri.
Tidak hanya memotovasi, dalam acara tersebut kang Abik juga memberikan langkah-langkah untuk menulis novel best seller.
“Nanti saya juga akan memberikan cara-cara agar bisa menulis novel yang best seller, namun terlebih dahulu saya akan menjelaskan tentang pentingnya menulis.” Ucap kang Abik di awal penyampaian materinya.

Minggu, 15 Mei 2016

DIMENSI SOSIAL DALAM IBADAH QURBAN

DIMENSI SOSIAL DALAM IBADAH QURBAN

Makalah
Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tafsir Ibadah
Dosen Pengampu :
Agus Salim, Lc., M. Th.I.

 








Oleh:
Joko Supriyanto
NIM : 2013.01.01.141

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR
SARANG REMBANG
2015

DIMENSI SOSIAL DALAM IBADAH QURBAN
Oleh : Joko Supriyanto

I.       Pendahuluan
Selain ibadah haji, pada bulan Dzulhijjah umat Islam merayakan hari raya Idul Aḍḥa. Lantunan takbir beriringan menggema menambah semaraknya hari raya. Suara takbir bersahut-sahutan mengajak kita untuk sejenak melakukan refleksi bahwa tidak ada yang agung dan tidak ada yang layak untuk disembah kecuali Allah, Tuhan semesta alam. Pada hari itu, kaum muslimin selain dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rekaat, juga dianjurkan untuk menyembelih binatang Qurban bagi yang mampu. Anjuran berkurban ini bermula dari kisah penyembelihan Nabi Ibrahim `Alayhi al-Salām kepada putra terkasihnya yaitu Nabi Ismail `Alayhi al-Salām.
Peristiwa ini memberikan kesan yang mendalam bagi kita. Betapa tidak. Nabi Ibrahim yang telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji oleh Allah untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Allah Subḥanahu wa Ta'ala  atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintahNya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan yang kuat, perintah Allah tetap dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dan digantikan seekor domba gemuk oleh Allah Subḥanahu wa Ta'ala. Kisah  mengharukan ini juga diabadikan dalam al Quran yang nantinya akan kami jelaskan.
Bila untuk Nabi Ibrahim Allah Subḥanahu wa Ta'ala mengujinya dengan meminta anaknya. Dari kita Allah Subhanahu wata’ala hanya meminta agar untuk mengorbankan kambing, sapi, unta dan hewan ternak lainnya. Alangkah malunya kita kepada bapak para nabi yang bersedia mengorbankan anaknya untuk mentaati Allah, sedangkan kita enggan sekedar menyisihkan sedikit rezeki sebagai bukti ketaatan kita kepadaNya. Padahal segala karunia yang kita miliki adalah pemberian dariNya, milikNya dan pasti akan dikembalikan kepadaNya juga. Hanya saja pilihan ada ditangan kita, apakah segala nikmat berupa rezeki ini akan kita kembalikan kepada Allah dengan suka rela dalam wujud ketaatan, atau kita menunggu diambil paksa olehNya.
Semoga kita diberi kemudahan untuk melaksanakan syariat yang mulia ini, yaitu berkurban, untuk mendekat diri kepada Allah Subḥanahu wa Ta'ala. Karena memang dalam ibadah ini banyak manfaat dan hikmahnya serta dimensi yang ada di dalamnya juga tidak dalam dimensi ketuhanan saja namun juga terdapat dimensi sosialnya.
Oleh karena itu dalam makalah yang sederhana ini, kami akan mencoba menjelaskan tentang hakikat berqurban, manfaat dan hikmahnya serta dimensi ketuhanan dan sosial yang ada di dalamnya dengan diserti dalil hadis dan al-Qur’an sebagai penguat.
II.    Surat al-Kauthar Ayat 1-3 Tentang Perintah Berqurban
A.    Pengertian Qurban
Qurban secara bahasa adalah pendekatan diri. Sedangkan secara istilah ialah penyembelihan hewan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subḥanahu wa Ta’ala serta sebagai tanda kepatuhan kita terhadapNya. Penyembelihan qurban itu biasanya dilakukan pada waktu dhuha setelah shalat ‘Id, sehingga disebut Uḍḥiyyah. Atau biasa disebut Ḍoḥḥiyyah yang berarti hewan-hewan yang diqurbankan.[1]
B.     Lafal Surat al-Kauthar Ayat 1-3
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3) [2]
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.


C.    Asbāb al-Nuzūl dan Penjelasan Lafal
Al-Mukhtar meriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam mengantuk sejenak, lalu beliau mengangkat kepalanya sambil tersenyum, baik beliau yang berkata kepada mereka atau maupun mereka yang bertanya kepada beliau, Mengapa engkau tertawa ya Rasulullah? Rasulullah menjawab, ‘Sesungguhnya baru saja turun surat kepadaku, ‘Kemudian beliau membaca :     بسم الله الرحمن الرحيم انّا اعطيناك الكوثرsampai akhir ayat. Lalu beliau bertanya, ‘Tahukah kalian, apakah al-Kauthar itu? Mereka menjawab, Allah dan RasulNya yang lebih tahu.’ Beliau bersabda, ‘Ia adalah sungai yang diberikan Rabbku kepadaku di Surga, padanya terdapat banyak kebaikan, dimana pada hari kiamat kelak umatku akan hilir mudik ke sungai itu. Bejananya sebanyak jumlah bintang di Langit, lalu ada seorang hamba dari mereka yang gemetarn, maka aku katakan, ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya dia termasuk umatku.’ Kemudian dikatakan kepadaku,‘Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka lakukan sepeninggalmu.’ Demikianlah yang diriwayatkan oleh al-Mukhtar. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i.[3]
Firman Allah Ta’ala, فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ maksudnya adalah setelah Kami memberimu kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat, di antaranya adalah telaga al-Kauthar, maka tulus ikhlaslah dalam menjalankan shalat wajib dan sunnahmu serta dalam berqurban hanya untuk Rabbmu. Beribadahlah hanya kepadaNya dan berqurbanlah dengan menyebut namaNya.[4] Hal ini untuk membedakan apa yang terjadi di kalangan orang-orang musyrik yan berupa sujud kepada selain Allah dan berqurban dengan menyebut selain nama Allah.
Ibnu Abbas berpendapat bahwa berqurban tidak hanya bisa dilakukan dengan harta, namun bisa juga dilakukan dengan tenaga dan semisalnya.[5] Namun menurut kami berqurban itu ada tingkatannya. Berqurban yang lebih baik adalah dengan menggunakan harta, jika tidak bisa baru menggunakan tenaga dan jika tidak bisa maka boleh menggunakan yang laiannya seperti doa.
Kemudian firman Allah Ta’ala, إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ maksudnya adalah pemberitahuan kepada Rasulullah alla Allah ‘Alayhi wa Sallam bahwa sesunguhnya orang-orang yang membencinya dan membenci apa yang dibawanya dari Rabbnya, mereka adalah orang yang terputus, yang paling sedikit jumlahnya, dan paling hina. Demikian yang disebutkan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Sa’id bin Jubair, dan Qatadah.[6]
D.    Penjelasan Global Ayat
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kita diperintahkan untuk bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada kita. Kita bisa bersyukur dengan cara melaksanakan apa yang diwajibkan kepada kita dan melengkapinya dengan kesunahan-kesunahan yang ada. Di samping itu kita juga tidak boleh menyekutukannya dengan apapun.
Kedua, kita diperintahkan untuk berqurban dengan apa yang kita miliki. Jika kita memiliki harta, maka kita berqurban dengan harta kita dan jika kita memiliki tenaga maka kita berqurban dengan tenaga kita. Akan tetapi jika kita tidak mempunyai keduanya maka kita bisa  berqurban dengan cara yang lain seperti mendoakan.
Ketiga, surat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang mengingkari Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam dan apa yang dibawa dari Rabbnya, maka orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok orang yang terputus, tidak memiliki keturunan atau penerus, tergolong dalam kelompok orang yang sedikit dan hina.
III. Surat al-Hajj Ayat 37 Tentang Qurban Yang Diterima
A.    Lafal Surat al-Hajj ayat 37
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ[7]
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
B.     Penjelasan Lafal
Lafal لن ينال الله لحومها ولا دماؤها artinya adalah tidak akan sampai kepada Allah sedikitpun daging dan darah dari hewan yang diqurbankan, ولكن يناله التقوى منكم akan tetapi yang akan sampai pada Allah adalah amal saleh yang ikhlas dengan disertai iman. Jadi jika seseorang beramal tanpa adanya iman walaupun ia ikhlas, ia tidak akan mendapatkan balasannya diakhirat kelak, ia hanya akan mendapatkan balasan dari kebaikannya saat ia masih di dunia. Kemudian lafal على ما هداكم yang diartikan atas hidayahNya, maksudnya yaitu atas petunjukNya yang telah membimbing kita sehingga kita dapat mengetahui tanda-tanda agama dan manasik haji.[8]
C.    Asbāb al-Nuzūl dan Penjelasan Makna Ayat
Allah Subḥanahu wa Ta’ala berfirman bahwa Dia mensyariatkan penyembelihan unta-unta ini adalah agar mereka mengingatNya ketika menyembelih (ingat akan nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah kemudian mensyukurinya dengan berqurban dengan menyebut nama Yang Maha Memberi Kenikmatan).[9]
Dalam berqurban itu tidak ada sedikit pun daging dan darah yang sampai kepadaNya, karena Allah Maha Kaya dan tidak membutuhkan dari selainNya. Akan tetapi yang sampai adalah bentuk amal dan ketakwaan kita.
Sebagaimana keterangan dalam hadis:
إن الله لا ينظر إلى صوركم وأموالكم ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم[10]
Sesungguhnya Allah tidak memandang bentuk tubuh kalian dan harta kalian, akan tetapi Allah memandang kepada hati dan amal kalian.
Sesungguhnya dahulu di Masa Jahiliyah jika mereka menyembelih binatang untuk ilah-ilah mereka, mereka meletakkan daging-daging binatang qurban dan melumurkan darahnya ke berhala-berhala tersebut. Kemudian salah satu sahabat menyatakan bahwa golongannyalah yang pantas melakukan itu. Untuk menyikapi hal demikian, kemudian turunlah ayat ini.[11]
IV. Hukum Berqurban
Jumhur Ulama’ dan Fuqaha’ sepakat kalau hukum berqurban itu sunnah muakkad.[12] Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi juga dari Ibnu Abbas berikut ini :
عن ابن عبّاس انّه قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم ثلاث هنّ عليّ فرائض ولكم تطوع النحر والوتر وركعتا الضحى[13]
Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam bersabda : ada tiga perkara yang diwajibkan bagi saya tetapi hanya sunnah bagi kamu sekalian: berqurban, shalat witir dan shalat Ḍuha dua rakaat.
Al-Baihaqy juga meriwayatkan dari sanad lain dengan dengan susunan matan sebagai berikut :
كتب علي النحر ولم يكتب عليكم وأمرت بصلاة الضحى ولم تؤمروا بها[14]
Diwajibkan atas saya dan tidak diwajibkan atas kalian, diwajibkan atasku shalat Ḍuha dan tidak diwajibkan atasmu.
Selain ibadah zakat, berqurban yang terjadi bertepatan dengan Idul Adha ini adalah momentum amat penting dalam kehidupan beragama yang tidak hanya menarik garis lurus secara vertikal, tetapi juga horizontal. Artinya, ibadah yang tidak hanya mampu menjalin hubungan dengan Allah Subḥanahu wa Ta’ala tetapi juga mengandung implikasi sosial. Penyembelihan hewan qurban yang bertitik tolak pada kisah nabi Ibrahim dan putranya nabi Ismail tersebut, menyimpan makna yang bernilai agung, terutama bagi kaum muslimin yang memiliki kekayaan dan pendapatan yang melebihi keperluan hidup keluarganya, agar dapat menyumbangkan sebagian hartanya berupa hewan qurban sebagai manifestasi untuk mendekatkan diri kepada Allah Subḥanahu wa Ta’ala sekaligus menjalin keharmonisan dengan sesamanya, terutama mereka yang selalu dihimpit dengan kesengsaraan dan kekurangan.
Peristiwa penyembelihan kambing oleh nabi Ibrahim telah berlangsung ribuan tahun yang lalu. Peristiwa tersebut terus diabadikan dan dilestarikan oleh umat Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam dengan motif sebagaimana tersebut dalam surat al-Kauthar ayat 1-3 sebagai mana yang telah dijelaskan.
Ibadah qurban tidak hanya dikenal dalam Islam. Artinya, agama yang lain pun  menuntut umatnya untuk mengorbankan hartanya untuk Tuhan. Namun di dalam Islam, bukan daging atau darahnya yang diserahkan kepada Tuhan tapi keikhlasan berkorbanlah yang dinilai oleh Tuhan. Sementara dagingnya dibagikan kepada sesama guna dimanfaatkannya.
Tradisi qurban di luar Islam biasanya dibudayakan pada saat-saat tertentu sebagai persembahan kepada Tuhan mereka dengan harapan Tuhan akan mengabulkan doa dan harapan mereka. Cara yang dilakukan pun tidak menggambarkan etika penghormatan terhadap Tuhan. Misalnya dengan menyiramkan darah binatang yang disembelih ke dinding tempat peribadatan dan dagingnya dilemparkan ke depan pintunya. Mereka beranggapan bahwa Tuhan menghendaki darah dan daging tersebut. Bahkan tradisi qurban mereka ada yang merugikan diri mereka, seperti tradisi pengorbanan anak-anak mereka.
Dengan demikian, maka qurban disamping mengandung dimensi keTuhanan juga mengandung dimensi kemanusiaaan. Dimensi kemanusiaan terlihat dengan distribusi hewan qurban pada yang berhak. Dimensi ini pun tidak akan mempunyai nilai apa-apa di hadapan Allah Subḥanahu wa Ta’ala manakala tidak disertai refleksi takwa kepadaNya. Artinya, bentuk solidaritas sosial yang diwujudkan melalui qurban itu ditunaikan dalam rangka menunaikan anjuran Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam dan diniatkan hanya mencari keridhaan Allah Subḥanahu wa Ta'ala dengan penuh keikhlasan dan keimanan.
Lebih dari itu, nilai pembagian daging qurban kepada manusia yang berhak jika diambil makna yang lebih dalam lagi, adalah merupakan upaya terapi psikologis atas kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang miskin, serta antara orang yang tercukupi dan orang yang kekurangan. Ibadah qurban sebagai wahana hubungan yang dilandasi oleh rasa memiliki kemanusiaan, sehingga menumbuhkan kasih antar sesama. Inilah ibadah yang mencerminkan pesan Islam, dimana manusia dapat dekat dengan Tuhannya bila ia mendekati saudara-saudaranya yang berkekurangan.[15]
VI. Manfaat dan Hikmah Berqurban
A.    Manfaat Qurban
Bagi seorang muslim atau keluarga muslim yang mampu dan memiliki kemudahan, dia sangat dianjurkan untuk berqurban. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an :
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ[16]
Engkau tidak akan mendapatkan kebajikan yg sempurna sebelum menafkahkan harta yg engkau cintai.
Adapun sebagian kecil manfaat qurban adalah :
1.      Orang yang berqurban akan mendapat limpahan keriḍaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ[17]
Daging-daging kurban dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.”
2.      Merupakan pencerah jiwa karena dengan berqurban berarti jiwa kita terhubung dengan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا[18]
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan.
Jadi, seseorang tidak akan pernah sampai kepada ketaqwaan dan tidak akan memperoleh keimanan yang sejati, bila kecintaannya kepada dunia mengalahkan kecintaannya kepada Allah Subḥanahu wa Ta'ala  dan RasulNya.
3.      Dapat memupuk keikhlasan, kejujuran dan kesabaran yang membimbing kita mencintai Allah dan akhirnya juga mencintai makhluk ciptaanNya.
4.      Mempererat tali persaudaraan kepada sesama manusia serta sikap solidaritas yang tinggi, dan
5.      Memperkuat keteguhan hati dan jiwa dalam diri kita.
B.     Hikmah Berqurban
1.      Mendapat kebaikan dari setiap helai bulu hewan yang diqurbankan.
عن زيد بن أرقم قال قلت أو قالوا يا رسول الله ما هذه الأضاحي قال سنة أبيكم إبراهيم قالوا ما لنا منها قال بكل شعرة حسنة قالوا يا رسول الله فالصوف قال بكل شعرة من الصوف حسنة[19]
Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata: “Wahai Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.”
2.      Berqurban adalah ciri keislaman seseorang.
عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال من كان له سعة ولم يضح فلا يقربن مصلانا[20]
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.”


3.      Ibadah qurban adalah salah satu ibadah yang paling disukai oleh Allah.
عن عائشة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ما عمل آدمي من عمل يوم النحر أحب إلى الله من إهراق الدم إنها لتأتي يوم القيامة بقرونها وأشعارها وأظلافها وأن الدم ليقع من الله بمكان قبل أن يقع من الأرض فطيبوا بها نفسا[21]
Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah (sebagai qurban, bukan ẓahirnya) di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.”
4.      Berqurban membawa misi kepedulian pada sesama, terutama untuk menggembirakan kaum ḍuafa.
فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ[22]
Maka makanlah sebagiannya (daging kurban) dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.
5.      Berqurban termasuk ibadah yang paling utama.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ[23]
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah.
6.      Berqurban adalah sebagian dari syiar agama Islam.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ[24]
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepadaNya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).


7.      Mengenang ujian kecintaan dari Allah kepada Nabi Ibrahim `Alayhi al-Salām.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَاإِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107)[25]
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

VII.          Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, bisa diketahui bahwa qurban ialah penyembelihan hewan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subḥanahu wa Ta’ala serta sebagai tanda kepatuhan dan rasa syukur kita terhadapNya. Allah telah memerintahkan kita dengan jelas untuk berqurban sebagai mana yang ada dalam surat al-Kauthar ayat 2.
Dalam berqurban tidak hanya bisa dilakukan dengan harta, namun bisa juga dilakukan dengan tenaga dan semisalnya. Berqurban itu ada tingkatannya. Berqurban yang lebih baik adalah dengan menggunakan harta, jika tidak bisa baru menggunakan tenaga dan jika tidak bisa maka boleh menggunakan yang laiannya seperti doa.
Selain itu itu kita juga tahu bahwa orang-orang yang mengingkari Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam dan apa yang dibawa dari Rabbnya termasuk berqurban, maka orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok orang yang terputus, tidak memiliki keturunan atau penerus, tergolong dalam kelompok orang yang sedikit dan hina.
Dalam berqurban tidak sedikit pun daging dan darah yang akan sampai kepada Allah Yang Maha Kaya, akan tetapi yang sampai adalah bentuk amal dan ketakwaan kita. Hukum berqurban adalah sunnah muakkad.
Ibadah qurban merupakan ibadah yang dalam pengaplikasiannya, selain terdapat dimensi ketuhanan, juga terdapat dimensi sosialnya, karena ibadah qurban ini banyak manfaatnya terhadap orang lain terutama kaum ḍuafa’ serta bisa menimbulkan solidaritas yang tinggi antara sesama muslim, dan untuk orang yang berqurban tentunya banyak pahala yang ikan ia dapatkan. Kemudian, selain itu tentunya juga masih banyak lagi manfaat dan hikmah yang ada dalam berqurban, yang dalam hal ini tentunya juga harus bersamaan dengan rasa ikhlas dan penuh dengan keimanan.


Daftar Pustaka
Al-Qur’an.
al-Baihaqy, Ahmad bin al-Ḥusain, Sunan al-Baihaqy al-Kubra. Makkah : Dār al-Bāzz, 1994.  juz 9.
al-Damasyqy, Ibnu Kathir, Tafsīr al-Qur’an al-‘Aẓīm. t.np, Dār al-Ṭayyibah, 1999, cet.II, juz 8.
al-Naisaburi, Abu al-Husain Muslim, Shāhih Muslim. Bairut : Dār al-Afāq al-Jadīdah, t.th. juz 2.
al-Suyūṭy, Abdul Rahman bin Abu Bakar, Lubāb al-Nuqūl fī Asbāb al-Nuzūl. Beirut : Dār al-Ikhya’ al-`Ulūm,t.th. juz1.
al-Tamimy, Muhammad Ibnu Ḥibban, Ṣaḥīḥ Ibnu Ḥibban. Beirut: Muassasah al-Risālah,1993. juz2.
al-Qazūwainy, Ibnu Majjah, Sunan Ibnu Majjah. t.tp:t.np,t.th. juz 9.
bin Hanbal, Ahmad, Musnad al-Imām Ahmad bin Hanbal. t.tp: Muassasah al-Risālah,1999. juz 32.
http//Dimensi Sosial Dalam Ibadah Qurban - Ma'haduna.htm, diakses tanggal 20 April 2015.
Jalalain, Tafsīr Jalālain. Surabaya : al-Hidayah, t.th. juz2.
Muhammad, Abu Bakar, Hadits Tarbiyah.Surabaya : AL-IKHLAS,1995. cet.1.



[1] Abu Bakar Muhammad, Hadits Tarbiyah, (Surabaya : AL-IKHLAS,1995) cet.1,75.
[2] Al-Qur’an., 108 : 1-3.
[3] Abu al-Husain Muslim al-Naisaburi, Shāhih Muslim, (Bairut : Dār al-Afāq al-Jadīdah, t.th) juz 2, 12.
[4] Ibnu Kathir al-Damasyqy, Tafsīr al-Qur’an al-‘Aẓīm, (t.np, Dār al-Ṭayyibah, 1999), cet.II, juz 8, 498.
[5] Ibid., 499.
[6] Ibid., 500.
[7] Al-Qur’an., 22:37.
[8] Jalalain, Tafsīr Jalālain, (Surabaya : al-Hidayah, t.th) juz2,278.
[9] Ibnu Kathir al-Damasyqy, Tafsīr al-Qur’an al-‘Aẓīm, cet.II, juz 5, 431.
[10] Muhammad Ibnu Ḥibban al-Tamimy, Ṣaḥīḥ Ibnu Ḥibban, (Beirut: Muassasah al-Risālah,1993) juz2,119.
[11] Abdul Rahman bin Abu Bakar al-Suyūṭy, Lubāb al-Nuqūl fī Asbāb al-Nuzūl, (Beirut : Dār al-Ikhya’ al-`Ulūm,t.th)juz1,148.
[12] Abu Bakar Muhammad, Hadits Tarbiyah, 93.
[13] Ahmad bin al-Ḥusain al-Baihaqy, Sunan al-Baihaqy al-Kubra, (Makkah : Dār al-Bāzz, 1994) juz 9, 264.
[14] Ibid., 264.
[15] http//Dimensi Sosial Dalam Ibadah Qurban - Ma'haduna.htm, diakses tanggal 20 April 2015.
[16] Al-Qur’an., 3:92.
[17] Al-Qur’an., 22 : 37.
[18] Al-Qur’an., 91 : 8.
[19] Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imām Ahmad bin Hanbal, (t.tp: Muassasah al-Risālah,1999) juz 32,34.
[20] Ibnu Majjah al-Qazūwainy, Sunan Ibnu Majjah, (t.tp:t.np,t.th) juz 9, 276.
[21] Ibid., 280.
[22] Al-Qur’an,. 22 : 36.
[23] Al-Qur’an., 108 : 2.
[24] Al-Qur’an., 22 : 34.
[25] Al-Qur’an., 37 : 102-107.