Sa’id Ramadhan al-Buthi
Oleh : al-Hafidz Abdullah bin Ahmad (Jospy_Arloji)
Sudah kesekian kalinya Sarang kedatangan
Ulama’-Ulama’ kondang dari Timur Tengah. Kedatangan mereka ke Sarang ini
tidak lain karena ingin bertemu dengan Syaikhina KH. Maemoen Zubair dan meminta
sedikit atau banyak nasehat dari beliau. Termasuk juga Syekh Dr. M. Taufiq
Sa’id Ramadhan al-Buthi dari Syam, putra dari Syekh Sa’id Ramadhan al-Buthi
(Ulama’ terkenal dan memiliki banyak karangan kitab).
Selasa, 08 Maret 2016 Syekh Taufiq kembali
berkunjung ke Sarang untuk yang kedua kalinya dengan tujuan agar mendapat
nasihat atau maw’idzah dari Syaikhina KH. Maemoen Zubair. Namun
kenyataannya berbalik, ternyata Syaikhina menghendaki supaya Syekh Taufiq saja yang
memberikan petuah-petuahnya kepada para santri.
Acara maw’idzahpun segera dibuat dan dilaksanakan usai jama’ah shalat Maghrib. Acara
tersebut dibuka langsung oleh KH. Abdul Ghofur Maimoen yang bertindak sebagai
pembawa acara. Seusai pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Ustadz Wahyudi
memimpin para santri melantunkan syi’ir sa’duna biddunya fauzuna bil ukhro
yang merupakan syi’ir pujian kepada beliau Sayyidah Khodijah al-Kubro. Sedangkan saat acara maw’idzah berlangsung, tampak
KH. Wafi Maimoen berperan sebagai
penterjemah pada kesempatan tersebut.
Dalam maw’idzah itu, Syekh Taufiq banyak
memberikan nasehat dan kabar gembira kepada para santri. Pertama, beliau
memberitahu bahwa pondok pesantren atau tempat belajar adalah ibarat taman
syurga dan sangat beruntung orang yang bisa masuk di dalamnya.
“ Ketika kalian berjalan di taman Syurga, maka
bersenang-senanglah di dalamnya, dan berbahagialah kalian sebagai thalāb al-‘Ilmi yang berada dalam bimbingan KH. Maemoen Zubair.” Imbuh Syekh Taufiq.
Selanjutnya beliau mengingatkan bahwa saat ini
umat Islam sudah terpecah belah, dimana-mana ada penyusup yang berkedok Islam
yang pada hakikatnya mereka hanya ingin menghancurkan Islam dari dalam. Oleh
karena itu beliau menghimbau kepada kita semua untuk senantiasa berhati-hati
dan menjaga diri serta orang-orang yang ada didekat kita, karena bahaya di luar
sana akan selalu mengancam, terutama bahaya dari suatu tipu daya syaitan. Sebab
dari tipu daya syaitan itulah umat Islam menjadi terpecah belah. Allah Subḥānahu wa Ta’āla berfirman :
إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا
(الإسراء :53)
“Sesungguhnya Syaitan
terhadap manusia adalah musuh yang nyata.”
Dalam menghadapi tipu daya
Syaitan tersebut, Syekh Taufiq memberikan saran kepada kita untuk senantiasa
memperbanyak berdzikir kepada Allah Subḥānahu wa Ta’āla, banyak di sini
bukan berarti seratus, dua ratus, atau selainnya, namun kita harus selalu
mengusahan sebanyak-banyaknya. Semua yang kita lakukan harus ada dzikirnya,
bahkan untuk hal yang sepele pun, karena itulah yang dinamakan dzikir yang
banyak.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
(الأحزاب :41)
“Wahai orang-orang yang
beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.”
Syekh Taufiq menambahkan :
“ Orang yang tidak mau berdzikir, maka Allah akan memberinya Syetan, dan Allah
akan mendekatkan pula dengannya. Sedangkan orang yang mau berdzikir dan
mengingatNya, maka Allah akan selalu memberinya pertolongan dan Allah akan
senantiasa dekat denganya, karena hakikatnya Allah itu ada pada diri orang yang
selalu mengingatnya.
Untuk dzikir yang benar,
tentunya kita perlu juga mengetahui tata caranya, adapun tata cara dzikir yang
benar adalah khusyu’, tawadlu’, sehingga bisa menggetarkan hati dan
menambah iman bagi pembacanya, sebagaimana firman Allah Subḥānahu wa Ta’āla :
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ (الأنفال :2)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka
yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada
Tuhan-lah mereka bertawakal,”
Untuk
bisa konsisten dalam berdzikir, kita harus benar-benar mengusahakannya dan
melawan rintangan yang ada. Karena Syaitan itu benci dengan orang yang suka
berdzikir dan ia akan senantiasa menggoda kita untuk lalai terhadap dzikir.
Mengenai dzikir itu sendiri, Syekh
Taufiq menjelaskan bahwa inti dari dzikir adalah membaca al-Qur’an. Semakin sulit
seseorang membaca al-Qur’an, namun masih mau mengusahakannya dan terus
mempelajarinya, maka pahalanya akan lebih banyak dari pada orang yang lebih
mudah membaca al-Qur’an.
Rasulullah Ṣalla
Allah ‘Alayhi wa al-Salām bersabda :
خَيْرُكُمْ
مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (أخرجه البخاري في صحيحه , كتاب فضائل
القرأن , باب خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ , رقم الحديث
5027.)
“ Sebaik-baik kalian adalah
orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Selanjutnya,
Syekh Taufiq menceritakan musibah yang sedang terjadi di Negara tempat
tinggalnya (Syam), bahwa saat ini di sana banyak pengeboman yang menewaskan
banyak korban baik muda ataupun tua. Di balik musibah yang menimpa Negaranya
tersebut, Syekh Taufiq mengaku senang karena orang-orang menjadi peduli dengan
al-Qur’an. Di sana banyak didapati orang tua yang sudah lanjut usia ingin
belajar al-Qur’an, anak muda yang semakin mengakrabkan dirinya dengan al-Qur’an,
dan anak-anak kecil yang mulai mempelajari al-Qur’an dan mengahafalkannya dari
surat-surat pendek. “Kelak, ini yang akan menjadi pelindung kami dari
orang-orang yang ingin mencelakai kami.” Lanjut Syekh Taufiq.
Seseorang
yang mau mempelajari al-Qur’an dan menghafalkannya, baginya banyak sekali
faidah dan keutamaan yang akan didapatkan, di antaranya yang disebutkan oleh
Syekh Taufiq sebagai berikut :
-
Di akhirat kelak, orang
tuanya akan diberikan mahkota kemuliaan yang terbuat dari cahaya.
-
Di hari bebangkitan kelak,
malaikat akan mendatangi orang yang hafal al-Qur’an dan memintanya untuk
membaca ayat per ayat dari al-Qur’an yang dia hafal, dan setiap satu ayat yang
dia baca akan menaikkan derajat kemuliaannya. Semakin banyak ayat yang ia
hafal, maka semakin tinggi pula derajatnya di sisi Allah Subḥānahu wa Ta’āla.
Selain
nasehat yang diberikan kepada santri Sarang, Syekh Taufiq juga memujinya,
karena santri Sarang senantiasa antusias mengumandangkan bait-bait Aqīdatu al-‘Awām yang berisi ringkasan sirah Nabi Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām setiap
hari selesai adzan maghrib. Lebih lanjut Syekh Taufiq memberikan nasehat
kepada santri agar lebih mendalami sirah Nabi Ṣalla Allah ‘Alayhi wa
al-Salām, bukan sekedar tahu perjalanan hidup nabi, namun juga bisa
mengambil hikmah dari teladan nabi. “Nabi Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām adalah
Islam dalam bentuk amaliyah, ambillah pelajaran dari beliau dan jangan mengambil
pelajaran dari selainnya, karena tidak ada rujukan agama yang benar dan jelas setelah
wafatnya nabi Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām.” Kata Syekh Taufiq.
Maw’idzah yang terakhir dari beliau (Syekh Taufiq)
adalah tentang bahasa Arab. Penting sekali seseorang itu bisa berbahasa Arab
karena bahasa Arab adalah bahasa al-Qur’an, dan langkah awal untuk memahami
al-Qur’an tersebut ialah mengerti bahasanya. Dengan sedikit becanda, Syekh
Taufiq mengungkapkan harapanya pada santri, “ Saya berharap ketika saya datang
ke sini lagi, kalian semua (santri) sudah bisa berbahasa Arab, sehingga ketika
saya berbicara tidak membutuhkan penerjemah lagi, karena sebenarnya yang tadi
saya katakan hanya sedikit, penerjemah lah yang memperpanjang, dan itu cukup
membuang waktu.” Sontak semua santri tertawa dengan ucapan beliau, dan
penerjemah (KH. Wafi Maemoen) hanya bisa tersenyum dengan kejadian yang baru
saja terjadi.
Sebelum maw’idzah ditutup,
beliau kembali mengingatkan santri agar jangan takut kepada siapa pun selama
kita mendekatkan diri dan mengingat Allah, karena Allah akan selalu menyertai perjalanan
orang-orang yang mengingatnya, Allah akan selalu melindunginya dan mengabulkan
do’anya. Sebaliknya, kita perlu takut dengan diri kita sendiri, takut dengan
kelalaian dan kemaksiatan kita.
Akhir dari
maw’idzahnya, Syekh Taufiq memberikan wasiat kepada dirinya dan untuk
semuanya, agar senantiasa istiqamah dalam berdzikir, seperti dzikir-dzikir yang
biasa dibaca di waktu pagi dan petang, dan khususnya untuk Hizb al-Nawawi.
“Saya berkata dan berwasiat ini bukan karena saya yang paling bisa melakukannya,
saya juga senantiasa berdo’a kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk mampu
istiqamah dalam setiap amalan-amalan baik, seperti halnya berdzikir.” Jelas Syekh
Taufiq.
0 komentar:
Posting Komentar