Rabu, 09 Maret 2016

Satu Jam Bersama Syekh Dr. M. Taufiq Sa’id Ramadhan al-Buthi

Satu Jam Bersama Syekh Dr. M. Taufiq
 Sa’id Ramadhan al-Buthi
Oleh : al-Hafidz Abdullah bin Ahmad (Jospy_Arloji)


Sudah kesekian kalinya Sarang kedatangan Ulama’-Ulama’ kondang dari Timur Tengah. Kedatangan mereka ke Sarang ini tidak lain karena ingin bertemu dengan Syaikhina KH. Maemoen Zubair dan meminta sedikit atau banyak nasehat dari beliau. Termasuk juga Syekh Dr. M. Taufiq Sa’id Ramadhan al-Buthi dari Syam, putra dari Syekh Sa’id Ramadhan al-Buthi (Ulama’ terkenal dan memiliki banyak karangan kitab).
Selasa, 08 Maret 2016 Syekh Taufiq kembali berkunjung ke Sarang untuk yang kedua kalinya dengan tujuan agar mendapat nasihat atau maw’idzah dari Syaikhina KH. Maemoen Zubair. Namun kenyataannya berbalik, ternyata Syaikhina menghendaki supaya Syekh Taufiq saja yang memberikan petuah-petuahnya kepada para santri.
Acara maw’idzahpun segera dibuat dan dilaksanakan usai jama’ah shalat Maghrib. Acara tersebut dibuka langsung oleh KH. Abdul Ghofur Maimoen yang bertindak sebagai pembawa acara. Seusai pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Ustadz Wahyudi memimpin para santri melantunkan syi’ir sa’duna biddunya fauzuna bil ukhro yang merupakan syi’ir pujian kepada beliau Sayyidah Khodijah al-Kubro. Sedangkan saat acara maw’idzah berlangsung, tampak KH. Wafi Maimoen berperan sebagai penterjemah pada kesempatan tersebut.
Dalam maw’idzah itu, Syekh Taufiq banyak memberikan nasehat dan kabar gembira kepada para santri. Pertama, beliau memberitahu bahwa pondok pesantren atau tempat belajar adalah ibarat taman syurga dan sangat beruntung orang yang bisa masuk di dalamnya.
“ Ketika kalian berjalan di taman Syurga, maka bersenang-senanglah di dalamnya, dan berbahagialah kalian sebagai thalāb al-‘Ilmi yang berada dalam bimbingan KH. Maemoen Zubair.” Imbuh Syekh Taufiq.
Selanjutnya beliau mengingatkan bahwa saat ini umat Islam sudah terpecah belah, dimana-mana ada penyusup yang berkedok Islam yang pada hakikatnya mereka hanya ingin menghancurkan Islam dari dalam. Oleh karena itu beliau menghimbau kepada kita semua untuk senantiasa berhati-hati dan menjaga diri serta orang-orang yang ada didekat kita, karena bahaya di luar sana akan selalu mengancam, terutama bahaya dari suatu tipu daya syaitan. Sebab dari tipu daya syaitan itulah umat Islam menjadi terpecah belah.  Allah Subḥānahu wa Ta’āla berfirman :
إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا (الإسراء :53)
“Sesungguhnya Syaitan terhadap manusia adalah musuh yang nyata.”
Dalam menghadapi tipu daya Syaitan tersebut, Syekh Taufiq memberikan saran kepada kita untuk senantiasa memperbanyak berdzikir kepada Allah Subḥānahu wa Ta’āla, banyak di sini bukan berarti seratus, dua ratus, atau selainnya, namun kita harus selalu mengusahan sebanyak-banyaknya. Semua yang kita lakukan harus ada dzikirnya, bahkan untuk hal yang sepele pun, karena itulah yang dinamakan dzikir yang banyak.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (الأحزاب :41)
“Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.”
Syekh Taufiq menambahkan : “ Orang yang tidak mau berdzikir, maka Allah akan memberinya Syetan, dan Allah akan mendekatkan pula dengannya. Sedangkan orang yang mau berdzikir dan mengingatNya, maka Allah akan selalu memberinya pertolongan dan Allah akan senantiasa dekat denganya, karena hakikatnya Allah itu ada pada diri orang yang selalu mengingatnya.
Untuk dzikir yang benar, tentunya kita perlu juga mengetahui tata caranya, adapun tata cara dzikir yang benar adalah khusyu’, tawadlu’, sehingga bisa menggetarkan hati dan menambah iman bagi pembacanya, sebagaimana firman Allah Subḥānahu wa Ta’āla :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (الأنفال :2)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,
Untuk bisa konsisten dalam berdzikir, kita harus benar-benar mengusahakannya dan melawan rintangan yang ada. Karena Syaitan itu benci dengan orang yang suka berdzikir dan ia akan senantiasa menggoda kita untuk lalai terhadap dzikir.
Mengenai dzikir itu sendiri, Syekh Taufiq menjelaskan bahwa inti dari dzikir adalah membaca al-Qur’an. Semakin sulit seseorang membaca al-Qur’an, namun masih mau mengusahakannya dan terus mempelajarinya, maka pahalanya akan lebih banyak dari pada orang yang lebih mudah membaca al-Qur’an.
Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām bersabda :
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (أخرجه البخاري في صحيحه , كتاب فضائل القرأن , باب خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ , رقم الحديث 5027.)
“ Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Selanjutnya, Syekh Taufiq menceritakan musibah yang sedang terjadi di Negara tempat tinggalnya (Syam), bahwa saat ini di sana banyak pengeboman yang menewaskan banyak korban baik muda ataupun tua. Di balik musibah yang menimpa Negaranya tersebut, Syekh Taufiq mengaku senang karena orang-orang menjadi peduli dengan al-Qur’an. Di sana banyak didapati orang tua yang sudah lanjut usia ingin belajar al-Qur’an, anak muda yang semakin mengakrabkan dirinya dengan al-Qur’an, dan anak-anak kecil yang mulai mempelajari al-Qur’an dan mengahafalkannya dari surat-surat pendek. “Kelak, ini yang akan menjadi pelindung kami dari orang-orang yang ingin mencelakai kami.” Lanjut Syekh Taufiq.
Seseorang yang mau mempelajari al-Qur’an dan menghafalkannya, baginya banyak sekali faidah dan keutamaan yang akan didapatkan, di antaranya yang disebutkan oleh Syekh Taufiq sebagai berikut :
-          Di akhirat kelak, orang tuanya akan diberikan mahkota kemuliaan yang terbuat dari cahaya.
-          Di hari bebangkitan kelak, malaikat akan mendatangi orang yang hafal al-Qur’an dan memintanya untuk membaca ayat per ayat dari al-Qur’an yang dia hafal, dan setiap satu ayat yang dia baca akan menaikkan derajat kemuliaannya. Semakin banyak ayat yang ia hafal, maka semakin tinggi pula derajatnya di sisi Allah Subḥānahu wa Ta’āla.
Selain nasehat yang diberikan kepada santri Sarang, Syekh Taufiq juga memujinya, karena santri Sarang senantiasa antusias mengumandangkan bait-bait Aqīdatu al-‘Awām yang berisi ringkasan sirah Nabi Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām setiap hari selesai adzan maghrib. Lebih lanjut Syekh Taufiq memberikan nasehat kepada santri agar lebih mendalami sirah Nabi Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām, bukan sekedar tahu perjalanan hidup nabi, namun juga bisa mengambil hikmah dari teladan nabi. “Nabi Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām adalah Islam dalam bentuk amaliyah, ambillah pelajaran dari beliau dan jangan mengambil pelajaran dari selainnya, karena tidak ada rujukan agama yang benar dan jelas setelah wafatnya nabi Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām.” Kata Syekh Taufiq.
Maw’idzah yang terakhir dari beliau (Syekh Taufiq) adalah tentang bahasa Arab. Penting sekali seseorang itu bisa berbahasa Arab karena bahasa Arab adalah bahasa al-Qur’an, dan langkah awal untuk memahami al-Qur’an tersebut ialah mengerti bahasanya. Dengan sedikit becanda, Syekh Taufiq mengungkapkan harapanya pada santri, “ Saya berharap ketika saya datang ke sini lagi, kalian semua (santri) sudah bisa berbahasa Arab, sehingga ketika saya berbicara tidak membutuhkan penerjemah lagi, karena sebenarnya yang tadi saya katakan hanya sedikit, penerjemah lah yang memperpanjang, dan itu cukup membuang waktu.” Sontak semua santri tertawa dengan ucapan beliau, dan penerjemah (KH. Wafi Maemoen) hanya bisa tersenyum dengan kejadian yang baru saja terjadi.
Sebelum maw’idzah ditutup, beliau kembali mengingatkan santri agar jangan takut kepada siapa pun selama kita mendekatkan diri dan mengingat Allah, karena Allah akan selalu menyertai perjalanan orang-orang yang mengingatnya, Allah akan selalu melindunginya dan mengabulkan do’anya. Sebaliknya, kita perlu takut dengan diri kita sendiri, takut dengan kelalaian dan kemaksiatan kita.
Akhir dari maw’idzahnya, Syekh Taufiq memberikan wasiat kepada dirinya dan untuk semuanya, agar senantiasa istiqamah dalam berdzikir, seperti dzikir-dzikir yang biasa dibaca di waktu pagi dan petang, dan khususnya untuk Hizb al-Nawawi. “Saya berkata dan berwasiat ini bukan karena saya yang paling bisa melakukannya, saya juga senantiasa berdo’a kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk mampu istiqamah dalam setiap amalan-amalan baik, seperti halnya berdzikir.” Jelas Syekh Taufiq.

0 komentar:

Posting Komentar