This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 23 Maret 2016

PENTINGNYA BERKOMUNIKASI


Hasil gambar untuk komunikasi


PENTINGNYA BERKOMUNIKASI

By : Jospy Enchover

Sahabatku yang dirahmati Allah,.....

Barang kali ada diantara kita yang punya orang tua tapi merasa seperti tidak punya orang tua, punya saudara tapi merasa tidak memilikinya, punya sahabat tapi merasa jauh darinya dan lain sebagainya. Bahkan dalam kehidupan rumah tangga ada seorang suami atau istri yang memiliki pasangan tapi merasa tidak memilikinya. Rakyat juga merasa tidak ada pemimpin atau pemerintah yang mengurusnya, padahal sebenarnya mereka itu ada. Itulah efek yang akan muncul dari kurang adanya komunikasi antara pihak satu dengan pihak lain yang berhubungan.

Banyak orang tua yang pergi diwaktu fajar sebelum anaknya bangun dan pulang larut malam setelah anaknya tertidur sehingga tidak pernah terjadi komunikasi antara anak dan orang tua. Dengan demikian jangan salahkan anak kalau ia mempunyai watak yang lain yang entah dari mana ia mendapatkannya. Seorang Bos juga kebanyakan dari mereka mengabaikan bawahannya. Padahal kesuksesannya itu juga ada campur tangan dari bawahannya. Pemerintah juga kebanyakan tidak banyak bermusyawarah dengan rakyat sehingga rakyat merasa tidak ada yang mengurusinya.

Sahabatku yang dirahmati Allah,.....

Janganlah sampai kita menjadikan orang-orang disekitar kita menjadi layaknya seekor kucing yang selalu mendapatkan sisa dari apa yang kita punya. Usahakanlah sebisa mungkin untuk membuat diri kita menjadi bermanfaat bagi orang lain. Sehingga saat orang tersebut jauh dari kita, atau ditinggal kita (wafat), ia akan merindukan kita, rindu dengan kebaikan kita dan mereka juga akan selalu mengenang kebaikan kita, bukan keburukan kita. Bukankah itu termasuk salah satu tanda akhir yang husnul khatimah,..........?

Untuk menciptakan komunikasi yang baik, kita harus peduli dengan orang-orang di sekitar kita. Dengan demikian, maka kita akan hidup damai dilingkungan sekitar kita. Kita akan bisa merasakan kehadiran orang-orang yang ada di sekitar kita dan begitu pun sebaliknya. Hemmm,.. indah bukan? J

Dalam sebuah keluarga atau asrama, bisa dibilang baik kalau semua penghuni di dalamnya saling peduli dan mengasihi. Seorang pimpinan / Bos yang menjalin komunikasi baik dengan bawahannya, maka ia akan menjadi sosok yang disegani, dihormati dan selalu dirindukan. Pemerintah juga demikian, kalau sering menengok rakyat, rakyat pasti juga akan semakin hormat dan patuh dengan peraturan yang telah ditetapkan. Semua itu adalah hikmah dibalik terjalinnya komunikasi yang baik.

Namun demikian, menurut Ustadz Yusuf Mansur semua hal diatas masih bisa dibilang wajar dan biasa. Yang luar biasa menurut beliau adalah apabila kita juga bisa peduli dengan orang lain yang bukan siapa-siapa kita. Dengan memperdulikan orang lain, maka Allah akan semakin memperdulikan kita. Subhanallah,... J

Mengenai komunikasi yang baik, Allah telah memberi contoh dalam kalam sucinya di surah ash-Shaaffat ayat 102 mengenai dialog Nabi Ibrahim Khalîlullah dengan putranya Isma’il Alaihy as-Salam.

$¬Hs>sù x÷n=t/ çmyètB zÓ÷ë¡¡9$# tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ þÎoTÎ) 3ur& Îû ÏQ$uZyJø9$# þÎoTr& y7çtr2øŒr& öÝàR$$sù #sŒ$tB 2ts? 4 tA$s% ÏMt/r'¯»tƒ ö@yèøù$# $tB ãtB÷sè? ( þÎTßÉftFy bÎ) uä!$x© ª!$# z`ÏB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÉËÈ  
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Dalam ayat tersebut tergambarkan bagaimana mesranya Nabi Ibrahim Khalîlullah ketika memanggil putranya Isma’il Alaihy as-Salam dengan sebutan “yâ bunayya – wahai anakku”. Padahal kita tahu bahwa saat itu Isma’il Alaihy as-Salam masih kanak-kanak, sedangkan Nabi Ibrahim Khalilullah, beliau merupakan penghulunya nabi, nabi yang agung. Subhanallah, meskipun demikian Nabi Ibrahim masih tetap mau mengajak Isma’il Alaihy as-Salam berdialog dalam menentukan langkah atau tindakan. Begitu pun dengan Isma’il Alaihy as-Salam, ia tak mau kalah mesra dalam memanggil ayahnya, yakni dengan sebutan “yâ abaty – wahai ayahku”.

Selain hal di atas yang telah dicontohkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah juga memberikan contoh lain melalui manusia paling mulia yang menjadi pilihanNya, yakni Rasulullah Shallallahu Alaihy wa Sallam.

Rasulullah Shallallahu Alaihy wa Sallam melalui sifat lemah lembut dan kasih sayang yang telah dikaruniakan Allah terhadap beliau, dikisahkan suatu hari tatkala Umar bin Abi Salamah masih kanak-kanak, Rasulullah pernah menasehatinya saat ia mau makan. Rasulullah Shallallahu Alaihy wa Sallam bersabda :

يَاغُلَامُ , سَمِّ اللَّهَ وَاكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَاكُلْ مِنْ مَا يَلِيْكَ
Wahai anak kecil, Sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari apa yang dekat denganmu.

Subhanallah,............

Rasulullah Shallallahu Alaihy wa Sallam yang merupakan paling sempurna-sempurnanya makhluk bahkan sampai tidak bisa kita gambar kesempurnaannya, beliau dengan anak kecil bukan memanggil dengan sebutan “Hei” atau yang lainnya, tetapi beliau memanggil dengan kata yang sangat sopan, yakni “yâ ghulâm – wahai anak kecil”.

Mengenai filosofi hadis nabi di atas, Ustadz Yusuf Mansur menjelaskan bahwa dengan begitu Rasulullah Shallallahu Alaihy wa Sallam ingin mulai menanamkan tata krama sejak dini dan mengajarkan pula untuk tidak serakah. Dan dari hadist tersebut, nantinya bisa dikembangkan bukan Cuma Sammillaha dalam urusan makan, tapi juga Sammillaha dalam semua urusan, baik urusan kecil atau pun besar.

Sahabatku yang dirahmat Allah,....

Dengan adanya komunikasi yang baik, InsyaAllah kita juga akan mudah mengajak mereka untuk melakukan kebaikan. Kita akan punya peluang untuk mengolah lahan kebaikan yang nantinya bisa berbuah pahala.

Pesan Ustadz Yusuf Mansur, kalau kita mau merubah orang lain menjadi orang yang baik maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan merubah kita menjadi baik pula. Kalau kita mau mendekatkan orang lain kepada Allah, maka Allah juga akan semakin mendekat pada kita.

Tak terbayangkan bukan, ketika kita bisa dekat dengan pemegang kunci dunia? Pastilah hidup kita akan tenang, damai, aman, dan sejahtera, serta apa yang kita inginkan, di situ ada peluang lebar untuk bisa terkabul.


Semoga bermanfaat,........ J

Cambuk Keberuntungan

Hasil gambar untuk cambuk

Cambuk Keberuntungan
Oleh : Joko Supriyanto
Apa yang ada dipikiran kalian ketika kalian melihat seekor sapi pembajak sawah yang dipukul oleh majikannya???
Sebagian dari kita pasti ada yang berpendapat bahwa majikannya tersebut kejam dan tidak memiliki perikehewanan. Ya,.. dulu saya juga beranggapan seperti itu. Tapi saat diperhatikan dengan seksama, saya sadar ternyata saya salah.  Karena alasan majikannya atau katakanlah petani tadi memukul sapi tersebut adalah agar sapi tadi tidak keluar dari jalur yang semestinya.
“aduh,... sakit,....” keluhan itulah yang pasti akan keluar dari mulut si sapi saat menerima cambukan dari majikannya, andai dia bisa bicara. Namun apa daya, ia hanya bisa mengatakan rasa sakitnya itu dalam bahasa sapi,.... “Mooooo,...”.
Dengan atau tanpa kita sadari, ternyata selama ini banyak dari kita yang bertingkah seperti sapi saat majikan kita yaitu Allah Subḥānahu wa Ta’āla ingin meluruskan jalan kita dari jalur yang telah Ia tetapkan.
Ketika kita diuji, diberi musibah atau bahkan di adzab didunia ini, kita sering menyalahkan Allah dan menuduhNya yang bukan-bukan. Padahal kalau kita tahu, sebenarnya yang dilakukan Allah itu adalah untuk mengembalikan kita pada jalan yang benar dan untuk menghapuskan dosa yang telah kita perbuat. Semua manusia pasti pernah melakukan dosa, tidak ada satu pun yang luput darinya.
Banyak dari kita yang mudah mengeluh saat semua hal tersebut atau sebagiannya menimpa diri kita. Kita tidak mau berpikir, apa hikmah atau maksud Allah memberikan hal tersebut kepada kita. Padahal jika kita mau berpikir, pasti kita akan mengucapkan “Alhamdulillah” atas segala musibah yang menimpa kita.
Bagaimana bisa seperti itu?? Coba kita pikirkan bersama-sama. Seandainya saat kita berada dijalur yang salah yang tidak sesuai dengan tuntunanNya (yang menunjukkan pada jalan kenikmatan), kemudian kita tidak diingtkan, maka kita tidak akan pernah sadar kalau kita telah salah jalur,m akibatnya kia akan semakin tersesat, tersesat, dan tidak tahu arah jalan pulang ke Syurga. Na’udzu billahi min dzālik,..
Dengan berpikir yang jernih, kita akan tahu bahwa saat kita diberi musibah berupa apapun oleh Allah Subḥānahu wa Ta’āla, sebenarnya saat itu pula Allah ingin mengingatkan kita kalau kita telah salah jalan, dan kita harus kembali ke jalan yang benar. Perlu kita ketahui, bahwa sebenarnya kita ini penduduk syurga, kita di dunia hanya berbelanja kebutuhan (amal) untuk kembali ke syurga kelak. Oleh karena itu Allah juga menunjukkan bagaimana cara kita berbelanja di tempat yang baik dan benar, serta menunjukkan harus lewat jalan mana agar bisa kembali ke rumah dengan cepat, yaitu dengan perantara Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām. Oleh karena itu, kalau kita ingin selamat dari jebakan permainan dunia, dan ingin kembali ke rumah asal, maka daruslah kita mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām.
Dengan menghidupkan sunnah Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām, InsyaAllah kita akan selamat dari jebakan-jebakan tadi, dan kita bisa kembali ke rimah asal kita dengan selamat, yaitu Jannatu al-Na’īm.
Sekarang terserah kita, apakah kita mau seperti sapi yang selalu mengeluh saat menerima cambukan, atau kita ingin seperti manusia yang berakal? Semua tergantung kita, hidup adalah pilihan. Kalau seandainya ada diantara kita yang tidak selamat dari jebakan dunia, maka jangan salahkan takdir yang telah ditetapkan, karena Allah menetapkan takdir tersebut bukan karena Dia asal-asalan, melainkan Dia Maha Tahu perihal apa yang akan kita pilih nantinya. Jadi,.. pilihlah jalan yang benar, dan kembalilah ke rumah asalmu agar kamu bisa menikmati fasilitas yang telah disediakan di sana.

Kita telah dikaruniai akal untuk berpikir, jadi berpikirlah,.... jangan sia-siakan karunia tersebut. Dan mulai sekarang,.. “Stop Berkeluh Kesah, Ucapkan Alhamdulillah Saat Anda Menerima Musibah”. J

Rabu, 09 Maret 2016

Satu Jam Bersama Syekh Dr. M. Taufiq Sa’id Ramadhan al-Buthi

Satu Jam Bersama Syekh Dr. M. Taufiq
 Sa’id Ramadhan al-Buthi
Oleh : al-Hafidz Abdullah bin Ahmad (Jospy_Arloji)


Sudah kesekian kalinya Sarang kedatangan Ulama’-Ulama’ kondang dari Timur Tengah. Kedatangan mereka ke Sarang ini tidak lain karena ingin bertemu dengan Syaikhina KH. Maemoen Zubair dan meminta sedikit atau banyak nasehat dari beliau. Termasuk juga Syekh Dr. M. Taufiq Sa’id Ramadhan al-Buthi dari Syam, putra dari Syekh Sa’id Ramadhan al-Buthi (Ulama’ terkenal dan memiliki banyak karangan kitab).
Selasa, 08 Maret 2016 Syekh Taufiq kembali berkunjung ke Sarang untuk yang kedua kalinya dengan tujuan agar mendapat nasihat atau maw’idzah dari Syaikhina KH. Maemoen Zubair. Namun kenyataannya berbalik, ternyata Syaikhina menghendaki supaya Syekh Taufiq saja yang memberikan petuah-petuahnya kepada para santri.
Acara maw’idzahpun segera dibuat dan dilaksanakan usai jama’ah shalat Maghrib. Acara tersebut dibuka langsung oleh KH. Abdul Ghofur Maimoen yang bertindak sebagai pembawa acara. Seusai pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Ustadz Wahyudi memimpin para santri melantunkan syi’ir sa’duna biddunya fauzuna bil ukhro yang merupakan syi’ir pujian kepada beliau Sayyidah Khodijah al-Kubro. Sedangkan saat acara maw’idzah berlangsung, tampak KH. Wafi Maimoen berperan sebagai penterjemah pada kesempatan tersebut.
Dalam maw’idzah itu, Syekh Taufiq banyak memberikan nasehat dan kabar gembira kepada para santri. Pertama, beliau memberitahu bahwa pondok pesantren atau tempat belajar adalah ibarat taman syurga dan sangat beruntung orang yang bisa masuk di dalamnya.
“ Ketika kalian berjalan di taman Syurga, maka bersenang-senanglah di dalamnya, dan berbahagialah kalian sebagai thalāb al-‘Ilmi yang berada dalam bimbingan KH. Maemoen Zubair.” Imbuh Syekh Taufiq.
Selanjutnya beliau mengingatkan bahwa saat ini umat Islam sudah terpecah belah, dimana-mana ada penyusup yang berkedok Islam yang pada hakikatnya mereka hanya ingin menghancurkan Islam dari dalam. Oleh karena itu beliau menghimbau kepada kita semua untuk senantiasa berhati-hati dan menjaga diri serta orang-orang yang ada didekat kita, karena bahaya di luar sana akan selalu mengancam, terutama bahaya dari suatu tipu daya syaitan. Sebab dari tipu daya syaitan itulah umat Islam menjadi terpecah belah.  Allah Subḥānahu wa Ta’āla berfirman :
إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا (الإسراء :53)
“Sesungguhnya Syaitan terhadap manusia adalah musuh yang nyata.”
Dalam menghadapi tipu daya Syaitan tersebut, Syekh Taufiq memberikan saran kepada kita untuk senantiasa memperbanyak berdzikir kepada Allah Subḥānahu wa Ta’āla, banyak di sini bukan berarti seratus, dua ratus, atau selainnya, namun kita harus selalu mengusahan sebanyak-banyaknya. Semua yang kita lakukan harus ada dzikirnya, bahkan untuk hal yang sepele pun, karena itulah yang dinamakan dzikir yang banyak.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (الأحزاب :41)
“Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.”
Syekh Taufiq menambahkan : “ Orang yang tidak mau berdzikir, maka Allah akan memberinya Syetan, dan Allah akan mendekatkan pula dengannya. Sedangkan orang yang mau berdzikir dan mengingatNya, maka Allah akan selalu memberinya pertolongan dan Allah akan senantiasa dekat denganya, karena hakikatnya Allah itu ada pada diri orang yang selalu mengingatnya.
Untuk dzikir yang benar, tentunya kita perlu juga mengetahui tata caranya, adapun tata cara dzikir yang benar adalah khusyu’, tawadlu’, sehingga bisa menggetarkan hati dan menambah iman bagi pembacanya, sebagaimana firman Allah Subḥānahu wa Ta’āla :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (الأنفال :2)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,
Untuk bisa konsisten dalam berdzikir, kita harus benar-benar mengusahakannya dan melawan rintangan yang ada. Karena Syaitan itu benci dengan orang yang suka berdzikir dan ia akan senantiasa menggoda kita untuk lalai terhadap dzikir.
Mengenai dzikir itu sendiri, Syekh Taufiq menjelaskan bahwa inti dari dzikir adalah membaca al-Qur’an. Semakin sulit seseorang membaca al-Qur’an, namun masih mau mengusahakannya dan terus mempelajarinya, maka pahalanya akan lebih banyak dari pada orang yang lebih mudah membaca al-Qur’an.
Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām bersabda :
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (أخرجه البخاري في صحيحه , كتاب فضائل القرأن , باب خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ , رقم الحديث 5027.)
“ Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Selanjutnya, Syekh Taufiq menceritakan musibah yang sedang terjadi di Negara tempat tinggalnya (Syam), bahwa saat ini di sana banyak pengeboman yang menewaskan banyak korban baik muda ataupun tua. Di balik musibah yang menimpa Negaranya tersebut, Syekh Taufiq mengaku senang karena orang-orang menjadi peduli dengan al-Qur’an. Di sana banyak didapati orang tua yang sudah lanjut usia ingin belajar al-Qur’an, anak muda yang semakin mengakrabkan dirinya dengan al-Qur’an, dan anak-anak kecil yang mulai mempelajari al-Qur’an dan mengahafalkannya dari surat-surat pendek. “Kelak, ini yang akan menjadi pelindung kami dari orang-orang yang ingin mencelakai kami.” Lanjut Syekh Taufiq.
Seseorang yang mau mempelajari al-Qur’an dan menghafalkannya, baginya banyak sekali faidah dan keutamaan yang akan didapatkan, di antaranya yang disebutkan oleh Syekh Taufiq sebagai berikut :
-          Di akhirat kelak, orang tuanya akan diberikan mahkota kemuliaan yang terbuat dari cahaya.
-          Di hari bebangkitan kelak, malaikat akan mendatangi orang yang hafal al-Qur’an dan memintanya untuk membaca ayat per ayat dari al-Qur’an yang dia hafal, dan setiap satu ayat yang dia baca akan menaikkan derajat kemuliaannya. Semakin banyak ayat yang ia hafal, maka semakin tinggi pula derajatnya di sisi Allah Subḥānahu wa Ta’āla.
Selain nasehat yang diberikan kepada santri Sarang, Syekh Taufiq juga memujinya, karena santri Sarang senantiasa antusias mengumandangkan bait-bait Aqīdatu al-‘Awām yang berisi ringkasan sirah Nabi Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām setiap hari selesai adzan maghrib. Lebih lanjut Syekh Taufiq memberikan nasehat kepada santri agar lebih mendalami sirah Nabi Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām, bukan sekedar tahu perjalanan hidup nabi, namun juga bisa mengambil hikmah dari teladan nabi. “Nabi Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām adalah Islam dalam bentuk amaliyah, ambillah pelajaran dari beliau dan jangan mengambil pelajaran dari selainnya, karena tidak ada rujukan agama yang benar dan jelas setelah wafatnya nabi Ṣalla Allah ‘Alayhi wa al-Salām.” Kata Syekh Taufiq.
Maw’idzah yang terakhir dari beliau (Syekh Taufiq) adalah tentang bahasa Arab. Penting sekali seseorang itu bisa berbahasa Arab karena bahasa Arab adalah bahasa al-Qur’an, dan langkah awal untuk memahami al-Qur’an tersebut ialah mengerti bahasanya. Dengan sedikit becanda, Syekh Taufiq mengungkapkan harapanya pada santri, “ Saya berharap ketika saya datang ke sini lagi, kalian semua (santri) sudah bisa berbahasa Arab, sehingga ketika saya berbicara tidak membutuhkan penerjemah lagi, karena sebenarnya yang tadi saya katakan hanya sedikit, penerjemah lah yang memperpanjang, dan itu cukup membuang waktu.” Sontak semua santri tertawa dengan ucapan beliau, dan penerjemah (KH. Wafi Maemoen) hanya bisa tersenyum dengan kejadian yang baru saja terjadi.
Sebelum maw’idzah ditutup, beliau kembali mengingatkan santri agar jangan takut kepada siapa pun selama kita mendekatkan diri dan mengingat Allah, karena Allah akan selalu menyertai perjalanan orang-orang yang mengingatnya, Allah akan selalu melindunginya dan mengabulkan do’anya. Sebaliknya, kita perlu takut dengan diri kita sendiri, takut dengan kelalaian dan kemaksiatan kita.
Akhir dari maw’idzahnya, Syekh Taufiq memberikan wasiat kepada dirinya dan untuk semuanya, agar senantiasa istiqamah dalam berdzikir, seperti dzikir-dzikir yang biasa dibaca di waktu pagi dan petang, dan khususnya untuk Hizb al-Nawawi. “Saya berkata dan berwasiat ini bukan karena saya yang paling bisa melakukannya, saya juga senantiasa berdo’a kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk mampu istiqamah dalam setiap amalan-amalan baik, seperti halnya berdzikir.” Jelas Syekh Taufiq.

Sabtu, 05 Maret 2016

Sabar

Hasil gambar untuk sabar

SABAR
Oleh: Joko Supriyanto*

Pengertian Sabar
Sabar menurut bahasa berasal dari bahasa arab “abara” yang berarti mencegah atau menahan. Sedangkan menurut istilah, adalah menahan diri dari sifat kegundahan, rasa emosi, menahan lisan dari keluh kesah, menahan anggota tubuh dari perbuatan yang melanggar aturan, serta kuat dalam melawan berbagai godaan. Allah Subḥānaḥu wa Ta’ālā memerintahkan kita untuk bersabar, sebagaimana dalam firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ.
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan alat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” ( QS. Al-Baqarah : 153).

Sabar, Ciri Orang Beriman
Kesabaran merupakan salah satu ciri orang beriman. Sebagian ulama’ mengatakan bahwa kesabaran itu merupakan sebagian dari wujud iman. Antara sabar dan iman mempunyai hubungan yang tidak bisa dipisahkan, bagaikan kepala dengan jasadnya. Artinya, tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad hidup yang tanpa memiliki kepala. Kesabaran seseorang akan menyempurnakan keimanannya, dan kesempurnaan tersebut telah digambarkan oleh Rasulullah Ṣallā Allāhu ‘Alayhi wa Sallama dalam hadist berikut ini:
عَنْ سُهَيْبِ رَضِيَ اللَّه عنه قَالَ ، قال رسول للَّه صلَّى اللَّه عليه وسلَّم " عَجَبًا لِاَمْرِ الْمُؤْمِنِ اِنَّ اَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذاكَ لِاَحَدٍ اِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ اِنْ اَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَاِنْ اَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ".
“Dari Suhayb Raḍiyallāhu ‘Anhu mengatakan : Rasulullah Ṣallā Allāhu ‘Alayhi wa Sallama bersabda: “Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu’min, yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tesebut merupaka hal terbaik bagi dirinya. (HR. Muslim).

Rasulullah Ṣallā Allāhu ‘Alayhi wa Sallama mengambarkan bahwa orang beriman itu memiliki pesona yang menakjubkan. Pesona tersebut senantiasa memancar jika seseorang tersebut selalu berprasangka baik (positif thinking). Dia memandang segala persoalan dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut pandang negatifnya. Sehingga dengan demikian, apapun yang diberikan Allah kepadanya selalu disikapinya dengan sabar, arif, dan bijaksana. Contohnya, ketika seseorang mendapatkan kebaikan, kebahagiaan, kesenangan dan lain sebagainya, ia selalu bersyukur kepada AllahBegitu pun saat ia mendapatkan musibah, duka-cita, kesedihan, kemalangan, dan hal negatif lainnya, ia akan bisa menyikapinya dengan bersabar. Ia yakin bahwa yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya tidak akan ada yang sia-sia, atau dengan kata lain pasti ada manfaatnya. Ia akan mengartikan itu semua sebagai wujud kasih sayang Allah kepadanya. Dan memang biasanya Allah menguji kesabaran hamba-Nya melalui ujian berupa musibah yang diberikan kepadanya.

Hikmah di Balik Musibah
Ada banyak hikmah di balik musibah. Di antaranya, untuk membedakan siapa yang bertahan dan siapa yang lemah, siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang tidak benar-benar beriman. Orang yang bertahan dalam menjalani cobaan atau ujian, ia akan keluar sebagai pemenang dan meraih derajat yang lebih tinggi. Cobaan akan menyeleksi siapa yang terbaik amal perbuatannya. Allah Subḥanaḥu wa Ta’ālā  berfirman:
.الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“(Dia) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”  ( QS. Al-Mulk : 2).

Ujian termasuk hikmah (kebijaksanaan) yang agung dari Allah. Bayangkanlah jika hidup ini berjalan datar, selalu damai, tenang, dan serba menyenangkan. Tentu manusia tidak akan pernah mengerti arti hidup, dan tidak memiliki tujuan yang jelas. Keadaan yang demikian itu justru membuatnya lupa daratan dan mudah lupa dengan Allah.

Fir’aun, yang konon katanya tidak pernah sakit dan setiap keinginannya selalu tercapai, justru akhirnya ia menjadi sombong. Puncak kesombongannya adalah ia mengikrarkan diri sebagai Tuhan. Akibatnya dia ditenggelamkan Allah di laut Merah. Oleh karena itu, ketika kita mengalami kemudahan dan merasakan kesenangan terus menerus, hendaknya lebih berhati-hati. Karena di situlah orang mudah terlena dan lupa kepada Allah Subḥanaḥu wa Ta’ālā.

Hikmah lain di balik musibah ialah sebagaimana perkataan ulama’, “Engkau tidak akan merindukan surga kecuali ketika engkau merasakan pahitnya dunia.” Surga di sini bisa juga diartikan sebuah kesuksesan. Jadi, kita tidak akan sampai kepada kesuksesan jika tidak melalui kepahitan.

Ada sebuah ungkapan, “Seberapa besar penderitaanmu maka sebesar itulah kebahagiaanmu.” Maka dengan demikian, setiap cobaan yang kita alami jangan dianggap sebagai penghalang. Tapi jadikan motifasi untuk meraih kesuksesan yang lebih besar lagi, sehingga bisa membuat kita lebih semangat. Orang yang sering tertimpa musibah akan menjadi lebih dewasa dan bijak dalam menjalani hidup ini. Ia akan  menganggap musibah sebagai suatu anugerah. Seperti halnya orang ufī, mereka justru merindukan ujian dari Allah. Sebab, mereka khawatir menjadi hamba yang lupa jika Allah tidak mengujinya.

Oleh karena itu, berbagai musibah yang mereka alami justru menyebabkan mereka selalu ingat. Tujuan Allah memberi cobaan adalah untuk mengetahui benar-benar taat atau tidaknya seorang hamba. Selain itu, musibah juga bisa menjadikan mereka pandai bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya. Mereka juga ikhlas terhadap semua kehendak-Nya. Dengan begituselamanya mereka selalu dekat dengan Allah Subḥanaḥu wa Ta’ālāMusibah bagi orang-orang ufī adalah berkah. Sedang bagi orang awam, musibah dianggap sebagai malapetaka.

Diceritakan bahwa Ummu Salamah Raiya Allāhu ‘Anhā kehilangan suaminya yang bernama Abu Salamah karena mati shahīd dalam perang Badar. Kita tahu bahwa barang siapa yang mati di perang Badar, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Sebagaimana sabda Rasulullah: “Jika Allah muncul kepada Ahli Badar maka Dia akan berkata: Lakukan apa yang kalian kehendaki, Aku telah mengampuni kalian.”

Mendengar suaminya terbunuh, Ummu Salamah mengucapkan Innā lillāhi wa Innā Ilayhi Rāji’ūna. Kemudian dirangkai dengan doa, “Wahai Allah, berilah aku pahala dalam musibah ini dan berikanlah yang lebih baik darinya.” Dan benar, Allah ternyata memberikan kebahagiaan kepada Ummu Salamah setelah ia melalui cobaan itu. Allah benar-benar mengganti Abu Salamah dengan yang lebih baik lagi, yaitu dinikahinya Ummu Salamah oleh Rasulullah Ṣallā Allāhu ‘Alayhi wa Sallama.

Cara Menyikapi Musibah
Hendaknya kita bersikap tegar dalam menghadapi segala musibah. Jangan berkeluh kesah kepada manusia, karena hal itu menandakan jiwa kita rapuh. Boleh memberitahukan apa yang kita alami kepada orang lain, tetapi bukan dengan berkeluh kesah. Seperti orang sakit mengadukan keadaannya kepada dokter, maka hal ini boleh. Atau saat ditimpa musibah berat, kemudian mengumpulkan sanak keluarganya untuk musyawarah bagaimana jalan keluar dalam menghadapi musibah itu.

Berkeluh kesah kepada Allah juga merupakan sikap yang tidak sabar. Namun jika berdoa, “Ya Allah berilah aku pahala dari musibahku, dan berilah yang terbaik bagiku.” Maka hal itu merupakan sikap ikhlas dalam menerima musibah. Wallāhu A’lam.

*Mahasiswa STAI AL-ANWAR.

Mutiara  Syaikhina
Wong ngalim iku mesti kepenak, dene ora kepenak mergo ora patek ngalim. Pinter iku kawitane soko moco, mergo wong iku pinter disek lagi iso terampil”.
                                                                                    (KH. Maimoen Zubair)