ALLAH
MAHA PEMALU
Oleh
: Joko Supriyanto*
Allah Maha Pemalu ketika hamba-Nya meminta kemudian tak
mengabulkannya. Tapi kita sebagai hamba ketika diminta oleh Allah untuk
beribadah kepadaNya, kita sering menjalankannya dengan bermalas-malasan dan
tanpa ada rasa malu sedikitpun terhadap-Nya. Bahkan sering kali lupa untuk
bersyukur atas nikmat-Nya.
Allah Maha Pemalu ketika hamba-Nya memanggil kemudian tak
menghiraukannya. Namun apa yang kita lakukan?, ketika Allah memanggil kita
dengan seruanNya yng lembut, : “Hayya ‘Alaa al-Shalah, Hayya ‘Alaa al-Falaah,”
kita begitu sering menghiraukannya dan menunda-nunda untuk menghadap kepadaNya.
Allah Maha Pemalu ketika hamba-Nya menumpuk dosa, maka
dari itu Allah memberikan ujian pada hamba-Nya sebagai sarana penghapus dosa.
Dan Allah mencurahkan Rahmat unntuk hamba-Nya.
Wahai kawan!! Berfikir dan lakukanlah yang terbaik untuk
Allah, karena Allah senantiasa melakukan yang terbaik untuk kita.
Dalam kitab al-Mawaa’id al-Ushfuuriyyah karya Hadratus
Syekh Muhammad bin Abu Bakr, pada hadis
ke tujuh belasnya menerangkan kisah yang menunjukkan begitu besarnya Rahmat
atau belas kasih Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Dalam hadis tersebut
mengisahkan pada zaman Nabi Musa Alayhi al-Salaam hiduplah seorang
pemuda yang fasik. Karena begitu fasik dan buruk akhlaknya, sampai-sampai Allah
memberikan perintah terhadap nabi Musa untuk mengusir pemuda tersebut dari kota
di mana ia tinggal. Akhirnya pemuda tersebut pergi dan bermukim ke suatu
pedesaan. Namun dalam pedesaan tersebut Allah juga menghendaki agar pemuda
tersebut terusir dari desa itu, akhirnya ia pun pergi menuju tempat yang lapang
dan tak satu pun makhluk yang hidup. Di tempat tersebut, pemuda yang fasik itu sakit
hingga akan menemui ajalnya. Namun sebelum ia meninggal, dalam sakitnya ia
mengadu pada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā :
“Ya Allah! Seandainya ibu hamba sekarang ada disisi hamba, pasti ia akan
menangisi atas keadaan saya. Seandainya bapak hamba sekarang ada disisi hamba,
pasti ia akan menolong saya, memandikan saya dam mengkafani saya setelah saya
meninggal. Seandainya istri hamba sekarang ada disisi hamba, pasti ia akan
menangisi atas kepergianku. Seandainya anak-anak hamba sekarang ada disisi
hamba, pasti mereka akan menangisi jenazahku dan mendo’akanku : ‘Ya Allah,Ya
Tuhan kami, ampunilah orang tua kami yang asing dan yang lemah ini, Orang tua
kami yang sering melakukan maksiat dan fasik ini, yang diusir dari kota ke desa
dan dari desa ke tanah lapang yang tidak ada makhluk satu pun selainnya, yang
keluar dari dunia menuju akhirat dengan putus asa terhadap segalanya selain
putus asa terhadap Rahmat dan ampunanMu.”
Pemuda yang fasik tersebut kemudian berdo’a, “Ya Allah, aku telah terputus dengan orang
tuaku, anak-anakku dan istriku, maka janganlah Engkau memutuskan RahmatMu
terhadapku. Hatiku telah terbakar dengan terputusnya semua itu dariku, maka
janganlah Engkau membakar diriku di nerakaMu karena maksiatku.
Mendengar doa pemuda tersebut, kemudian Allah mengutus
dua bidadari dari surga dan diserupakan sebagai bapaknya, serta mengutus
pemuda-pemuda surga dan diserupakan sebagai anak-anaknya. Mereka semua
mendatanginya dan melakukan hal yang ia fikirkan sebagaimana sebelumnya.
Meskipun seperti itu, ia tetap tidak henti-hentinya
memohon agar Allah tidak memutuskan Rahmat-Nya kepadanya. Dan ketika nabi Musa
mengetahui kejadian tersebut, beliau bertanya : “Ya Rabbi, bukankah ia pemuda
yang Engkau dulu menyuruhku untuk mengusirnya? Allah menjawab : “Benar wahai
Musa, Ia adalah pemuda yang kamu maksud, akan tetapi aku telah merahmati dan
mengampuni atas dosanya setelah ia merintih dan berdo’a dalam sakitnya. Maka
Aku mengutus
2 bidari dari surga dan menyerupakannya seperti ibu dan istrinya. Aku juga mengutus malaikat yang kemudian
Aku serupakan seperti bapaknya, serta mengutus pemuda-pemuda surga yang Aku serupakan
seperti anak-anaknya. Mereka semua mendatanginya dan melakukan hal sebagaimana yang
ia inginkan. Dan ketika ia meninggal,
penduduk langit dan bumi menangisinya. Maka bagaimana tidak aku tidak merahmatinya? Sedangkan Aku
adalah Yang Maha Memberi Rahmat.
Subhanallah!! Sebesar itu Rahmat dan perhatian yang diberikan Allah kepada hamba-Nya,
maka tidaklah pantas kalau seorang hamba masih saja mengeluh dengan apa yang
menimpanya, masih saja bermalas-malasan dalam beribadah dan masih saja
melakukan maksiat-maksiat.
Wahai kawan!! Jika saat ini kalian masih mudah
melakukan keburukan, maka segeralah berusaha untuk meninggalkannya. Jika saat
ini kalian sudah dalam usaha untuk menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan
perintah-Nya, maka berbahagialah dan istiqamahkanlah, karena kalian saat
ini berada dalam petunjuk-Nya Yang Maha Member Rahmat.
Semoga sedikit coretan ini bisa mengingatkan kembali
bagaimana sayangnya Allah kepada hambanya, dan bisa menjadikan kita selalu
ingat kepada-Nya.(S_R)
0 komentar:
Posting Komentar