Senin, 18 Januari 2016

Allah Maha Pemalu



ALLAH MAHA PEMALU
Oleh : Joko Supriyanto*
Allah Maha Pemalu ketika hamba-Nya meminta kemudian tak mengabulkannya. Tapi kita sebagai hamba ketika diminta oleh Allah untuk beribadah kepadaNya, kita sering menjalankannya dengan bermalas-malasan dan tanpa ada rasa malu sedikitpun terhadap-Nya. Bahkan sering kali lupa untuk bersyukur atas nikmat-Nya.
Allah Maha Pemalu ketika hamba-Nya memanggil kemudian tak menghiraukannya. Namun apa yang kita lakukan?, ketika Allah memanggil kita dengan seruanNya yng lembut, : “Hayya ‘Alaa al-Shalah, Hayya ‘Alaa al-Falaah,” kita begitu sering menghiraukannya dan menunda-nunda untuk menghadap kepadaNya.
Allah Maha Pemalu ketika hamba-Nya menumpuk dosa, maka dari itu Allah memberikan ujian pada hamba-Nya sebagai sarana penghapus dosa. Dan Allah mencurahkan Rahmat unntuk hamba-Nya.
Wahai kawan!! Berfikir dan lakukanlah yang terbaik untuk Allah, karena Allah senantiasa melakukan yang terbaik untuk kita.
Dalam kitab al-Mawaa’id al-Ushfuuriyyah karya Hadratus Syekh Muhammad bin Abu Bakr,  pada hadis ke tujuh belasnya menerangkan kisah yang menunjukkan begitu besarnya Rahmat atau belas kasih Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Dalam hadis tersebut mengisahkan pada zaman Nabi Musa Alayhi al-Salaam hiduplah seorang pemuda yang fasik. Karena begitu fasik dan buruk akhlaknya, sampai-sampai Allah memberikan perintah terhadap nabi Musa untuk mengusir pemuda tersebut dari kota di mana ia tinggal. Akhirnya pemuda tersebut pergi dan bermukim ke suatu pedesaan. Namun dalam pedesaan tersebut Allah juga menghendaki agar pemuda tersebut terusir dari desa itu, akhirnya ia pun pergi menuju tempat yang lapang dan tak satu pun makhluk yang hidup. Di tempat tersebut, pemuda yang fasik itu sakit hingga akan menemui ajalnya. Namun sebelum ia meninggal, dalam sakitnya ia mengadu pada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā :  “Ya Allah! Seandainya ibu hamba sekarang ada disisi hamba, pasti ia akan menangisi atas keadaan saya. Seandainya bapak hamba sekarang ada disisi hamba, pasti ia akan menolong saya, memandikan saya dam mengkafani saya setelah saya meninggal. Seandainya istri hamba sekarang ada disisi hamba, pasti ia akan menangisi atas kepergianku. Seandainya anak-anak hamba sekarang ada disisi hamba, pasti mereka akan menangisi jenazahku dan mendo’akanku : ‘Ya Allah,Ya Tuhan kami, ampunilah orang tua kami yang asing dan yang lemah ini, Orang tua kami yang sering melakukan maksiat dan fasik ini, yang diusir dari kota ke desa dan dari desa ke tanah lapang yang tidak ada makhluk satu pun selainnya, yang keluar dari dunia menuju akhirat dengan putus asa terhadap segalanya selain putus asa terhadap Rahmat dan ampunanMu.”
Pemuda yang fasik tersebut kemudian berdo’a,  “Ya Allah, aku telah terputus dengan orang tuaku, anak-anakku dan istriku, maka janganlah Engkau memutuskan RahmatMu terhadapku. Hatiku telah terbakar dengan terputusnya semua itu dariku, maka janganlah Engkau membakar diriku di nerakaMu karena maksiatku.
Mendengar doa pemuda tersebut, kemudian Allah mengutus dua bidadari dari surga dan diserupakan sebagai bapaknya, serta mengutus pemuda-pemuda surga dan diserupakan sebagai anak-anaknya. Mereka semua mendatanginya dan melakukan hal yang ia fikirkan sebagaimana sebelumnya.
Meskipun seperti itu, ia tetap tidak henti-hentinya memohon agar Allah tidak memutuskan Rahmat-Nya kepadanya. Dan ketika nabi Musa mengetahui kejadian tersebut, beliau bertanya : “Ya Rabbi, bukankah ia pemuda yang Engkau dulu menyuruhku untuk mengusirnya? Allah menjawab : “Benar wahai Musa, Ia adalah pemuda yang kamu maksud, akan tetapi aku telah merahmati dan mengampuni atas dosanya setelah ia merintih dan berdo’a dalam sakitnya. Maka Aku mengutus 2 bidari dari surga dan menyerupakannya seperti ibu dan istrinya. Aku juga mengutus malaikat yang kemudian Aku serupakan seperti bapaknya, serta mengutus pemuda-pemuda surga yang Aku serupakan seperti anak-anaknya. Mereka semua mendatanginya dan melakukan hal sebagaimana yang ia inginkan. Dan ketika ia meninggal, penduduk langit dan bumi menangisinya. Maka bagaimana tidak aku tidak merahmatinya? Sedangkan Aku adalah Yang Maha Memberi Rahmat.
Subhanallah!! Sebesar itu Rahmat dan perhatian yang diberikan Allah kepada hamba-Nya, maka tidaklah pantas kalau seorang hamba masih saja mengeluh dengan apa yang menimpanya, masih saja bermalas-malasan dalam beribadah dan masih saja melakukan maksiat-maksiat.
Wahai kawan!! Jika saat ini kalian masih mudah melakukan keburukan, maka segeralah berusaha untuk meninggalkannya. Jika saat ini kalian sudah dalam usaha untuk menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya, maka berbahagialah dan istiqamahkanlah, karena kalian saat ini berada dalam petunjuk-Nya Yang Maha Member Rahmat.
Semoga sedikit coretan ini bisa mengingatkan kembali bagaimana sayangnya Allah kepada hambanya, dan bisa menjadikan kita selalu ingat kepada-Nya.(S_R)

0 komentar:

Posting Komentar