Senin, 18 Januari 2016

Buat Apa Marah, Marah itu Tak Ada Gunanya



BUAT APA MARAH, MARAH ITU TAK ADA GUNANYA
Oleh : Joko Supriyanto*

Ternyata banyak sekali korban akibat dari kemarahan kita. Bukan hanya orang yang membuat kita marah saja yang menjadi korban, tapi bisa jadi orang yang tak tahu menahu tentang hal tersebut juga ikut terkena imbasnya.

Saat keluarga tidak bisa mengontrol emosinya, saat orang lain banyak yang merindukan jodohnya, ia malah bercerai. Seorang bintang di lapangan bola saat ia tidak bisa mengontrol emosinya, kemudian ia menyesal dan akhirnya ia dikeluarkan dari lapangan. Juga seorang ibu yang saat ia tidak bisa mengendalikan emosi terhadap anaknya hingga keluar sumpah serapahnya. Ketika semua itu telah terjadi, ia baru akan menyesal. Banyak sekali kemarahan yang kemudian mejadikan seseorang menyesali dengan apa yang telah mereka perbuat.

Kemarahan bukanlah suatu hal yang bisa menyelesaikan masalah, melainkan ia malah akan menambah masalah baru. Kemarahan itu membuang tenaga dengan sia-sia dan tidak berfaidah.

Saudaraku yang dirahmati Allah,...

Janganlah mudah marah. Contohlah Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam yang merupakan teladan terbaik dalam kehidupan kita.

Ada sebuah cerita tatkala Abu Bakar Radliyallahu ‘Anhu mendatangi putrinya ‘Aisyah yang juga merupakan Ummul Mukminin, beliau bertanya : “ Wahai putriku,.. Adakah satu amal yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam tatkala masih hidup dan belum aku amalkan?”. ‘Aisyah Radliyallahu ‘Anha menjawab : “Wahai ayahku, Engkau adalah teladan yang baik. Engkau telah melakukan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam”. Merasa tidak puas dengan jawaban putrinya, Abu Bakar meminta putrinya untuk mencoba mengingat-ingat kembali akan adakah amalan Rasul yang belum ia lakukan. Kemudian putrinya menjawab : “Baik, barang kali memang ada amalan Rasul yang belum engkau lakukan wahai ayahku, yaitu ada seorang yahudi tua yang matanya buta yang ia senantiasa mencaci dan memaki Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam, namun Rasulullah Ṣalla Allah’Alaihy wa Sallam senantiasa baik kepadanya dan menyuapinya bubur di setiap harinya”. Abu Bakar bertanya : “Apakah Rasulullah tahu bahwa yahudi tua itu matanya buta?” Jawab ‘Aisyah : “Iya, Rasulullah mengetahuinya”. Baik, tetap buatkan bubur agar aku bisa menyuapinya, kata Abu Bakar Radliyallahu ‘Anhu.

Akhirnya Abu Bakar mendatangi yahudi tua tersebut dan menyuapinya. Saat Abu Bakar memberikan suapannya yang pertama, kemudian yahudi tua itu bertanya : “Siapakah engkau?”. Abu Bakar diam dan tetap menyuapinya. Dikisahkan tatkala sampai pada suapan yang ketiga, yahudi tua tadi menolak suapan Abu Bakar yang ketiga dan bertanya, “Siapakah engkau. Engkau berbeda dengan orang yang biasa menyuapiku?” Abu Bakar baru menjawab : “Wahai pak tua, Rasulullah lah yang selama ini menyuapi kamu, dan sekarang Rasulullah telah tiada”. Yahudi tua tadi kemudian menangis dan memeluk Abu Bakar dengan mengucapkan syahadat. Ia masuk Islam karena mendapat hidayah dari Allah melalui sikap Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam yang mudah memaafkan, lemah lembut dan penuh dengan kasih sayang. Subhanallah,........

Saudaraku yang dirahmati Allah,.....
                
Janganlah kita mudah marah. Saat kita ditipu, difitnah, dicaci, dimaki dan dimarahi, ikhlaskan saja semua itu karena sesungguhnya dari peristiwa itu, kita lah yang sebenarnya beruntung bukan orang yang menipu kita atau yang lain.

Cobalah saat kita ditipu, difitnah, dicaci, dimaki dan dimarahi, kita mengikhlaskanya. Kita belajar meminta maaf terlebih dahulu dan berterimakasih terhadap mereka.

Saat kita ditipu uang Rp 20 juta atau lebih, kalau kita bisa mengikhlaskannya, maka uang kita itu akan bertambah menjadi dua kali lipat. Dalam salah satu buku yang ditulis oleh Ustadz Yusuf Mansur yang berjudul “Cara Hebat Buat Melipatgandakan Rizeki”, beliau menyebutkan salah satu caranya yaitu dengan kita mengikhlaskan harta saat kita ditipu oleh orang lain.

Dengan kita bisa menerima apa yang dilakukan orang lain terhadap kita, meski kita dibuat dalam derajat paling rendah menurut mereka, jangan khawatir kalau bisa ikhlas dan menerimanya, maka Allah lah yang nantinya akan meninggikan derajat kita. InsyaAllah.

Ustadz Yusuf Mansur pernah bercerita bahwa pada tahun 2004 tatkala diri beliau dibebani orang lain dengan hutang Rp. 400 juta, padahal beliau tidak tahu itu hutang apa, namun beliau mengikhlaskan semua itu dan memasrahkan urusan tersebut hanya pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian buah dari sikap beliau tersebut hutang itu dijadikan lunas oleh Allah di tahun 2006. Dan kini seperti yang kita tahu, beliau telah menjadi seorang guru yang kalamnya begitu asyik didengar, bisa mengetuk hati dan menyadarkan kita.

Saudaraku yang dirahmati Allah,...

Rasulullah Ṣalla Allah’Alaihy wa Sallam  telah mengingatkan kita dengan kalamnya yang mulia.

لَيْسَ الشَدِيْدُ بِالصُّرَاعَةِ , اِنَّمَا الشَدِيْدُ الذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبْ

“Orang yang kuat bukanlah seorang pegulat, melainkan orang yang kuat ialah orang yang mampu menguasai dirinya saat ia marah.”

Saat kita dicaci maki orang lain tanpa tahu alasannya, orang yang peduli dengan kita bisanya akan mengatakan, “Biarkan saja, nanti Allah yang akan membalasnya.” Ucapan seperti ini sangat familiar di telinga kita, dan ini memang benar serta ada hadistnya.

Pada suatu hari, tatkala Abu Bakar sedang dicaci maki oleh seorang yahudi, Rasulullah yang berada di samping Abu Bakar hanya melihat dan diam saja. Perlu kita ketahui, Rasulullah diam bukan berarti Rasulullah tidak mampu membantu Abu Bakar, karena seandainya Rasulullah mau, beliau bisa memanggil Jibril sebentar kemuan yahudi itu pasti akan hancur. Rasullah diam tentunya ada kebaikan di sana. Rasulullah terus melihat Abu Bakar yang diam dengan caci dan makian yahudi itu. Namun karena mungkin kata-kata yahudi itu sudah di luar batas, akhirnya Abu Bakar membalas caci makinya. Melihat hal demikian Rasulullah langsung pergi.
Melihat Rasul pergi, Abu Bakar mengejar dan bertanya : “ Mengapa engkau pergi ya Rasulullah? Kemudian Rasulullah bersabda :

(يَا اَبَا بَكْرٍ) عِنْدَمَا يَشْتِمُكَ الرَّجُلُ كَانَ هُنَاكَ مَلَكٌ يُدَافِعُ عَنْكَ وَ عِنْدَمَا دَافَعْتَ عَنْ نَفْسِكَ فَذَهَبَ المَلَكُ فَذَهَبْتُ أَنَا

“Wahai Abu Bakar, tatkala seorang laki-laki dicaci maki, maka di sampingnya ada malaikat-malaikat yang mendo’akannya, dan ketika ia membalas caci makian itu, maka pergilah malaikat-malaikat itu, maka aku pun juga pergi.”

Saudaraku, hadist ini memang konteksnya untuk laki-laki, namun bukan berarti mengecualikan yang perempuan. Mungkin karena perempuan lebih lemah dari laki-laki, bisa saja malaikat yang mendo’akannya bertambah menjadi banyak. InsyaAllah.

Mari kita latih diri kita dengan banyak mengikhlaskan apa yang menimpa diri kita. Kita kembalikan semua urusan kita pada Allah. Dia adalah tempat yang paling baik untuk kembali. Allah itu Maha Pemurah, Maha Baik dan Maha Pengertian. Meskipun kita yang membuat masalah, Allah tetap berkenan untuk menyelesaikannya asal kita mau datang kepadaNya.

Saudaraku yang dirahmati Allah,....

Janganlah kita mudah mengeluh atas peristiwa yang menimpa kita. Tidakkah kita malu dengan do’a kita. Kita sering berdo’a untuk dijadikan termasuk dalam golongan orang-orang yang sabar, dan kita berdo’a untuk diberikan derajat yang tinggi, namun ketika Allah hendak mengabulkan do’a kita melalui ujian dan cobaan yang diberikanNya, kita malah bilang ampun dan menyerah, mengaku tidak kuat lagi untuk menghadapi ujian tersebut.

Saudaraku yang dirahmati Allah,...

Semoga dengan memahami pelajaran ini, kita dijadikanNya termasuk orang-orang yang benar-benar sabar. Bukan sabar dalam lisan saja, namun juga sabar dalam hati nurani kita. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberikan kita derajat yang mulia di sisi-Nya, memasukkan kita dalam golongan orang-orang salih yang dicintai-Nya. Amiiin,.. Amiiin,... Yaa Robbal ‘Alamiin,...  

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Orang-orang yang bertaqwa ialah mereka yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” Qs. Ali Imran : 134. (Jn). WaAllāhu A’lam

*Mahasiswa Semester V Prodi IQT

0 komentar:

Posting Komentar